Reportase
Webinar Potensi Pengembangan Wisata Geothermal dan Medical Wellness Jawa Timur
Sabtu, 4 Januari 2025
Wisata kesehatan khususnya geothermal menjadi daya tarik tersendiri dengan sumber air panas, dikombinasikan dengan forest bathing, dan berbagai kuliner menarik. Lebih menyenangkan lagi jika dilakukan saat weekdays. Di Jawa Timur, salah satu tempat menarik untuk dikembangkan adalah di Malang. Pengembangan wisata geothermal tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan medical wellness yang menjadi peluang kerja sama antara rumah sakit atau klinik dengan resort atau hotel. Melihat potensi tersebut, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan RS Universitas Brawijaya bekerja sama dengan PKMK FK KMK UGM menyelenggarakan Webinar Potensi Pengembangan Wisata Geothermal dan Medical Wellness Jawa Timur secara hibrid di Ruang Auditorium GPB Lantai 10 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan melalui zoom meeting.
Prof. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med, Sp.A(K), Dekan FKUB dan Ketua Dewas RSUB dalam pengantarnya menyatakan bahwa upaya kesehatan tidak hanya dalam bentuk kuratif, namun promotif dan preventif. Webinar ini sebagai langkah awal mewujudkan wisata kesehatan dalam upaya layanan promotif dan preventif. Selanjutnya, sambutan oleh Dr. dr. Viera Wardhani, M. Kes., Direktur RS Universitas Brawijaya mengatakan ketertarikan untuk mengembangkan medical wellness, dimana saat ini RSUB sedang membenahi diri. Dengan tagline Pilih Sehat Pilih RSUB, medical wellness ini dapat menjadi salah satu inovasi RSUB.
Sesi paparan dimoderasi oleh dr. Kresna Septiandy Runtuk, Sp. KJ, M. Biomed, Praktisi RSUB dengan pembicara Prof. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med, Sp.A(K), Dekan FKUB dan Ketua Dewas RSUB, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., Guru Besar Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM dan Elisabeth Listyani, PKMK FK KMK UGM. Paparan pertama disampaikan oleh Prof. Wisnu yang mengawali dengan gambaran RSUB sebagai rumah sakit pendidikan yang dimiliki UB dan menjadi wahana pendidikan bagi FKUB. Sebagai rumah sakit pendidikan, RSUB memiliki good governance yang makin kuat dari bidang akademik, korporasi, dan klinis. Pada 2027, harapannya RSUB menjadi rumah sakit pendidikan utama di FKUB. FKUB sendiri telah memiliki mata kuliah medical enterpreurship yang ke depannya dapat sebagai bekal mahasiswa melakukan diversifikasi usaha potensial untuk inovasi. Kolaborasi dengan seluruh unit di Universitas Brawijaya untuk mengembangkan medical wellness tourism di Malang Raya. Potensi yang dapat dikembangkan adalah di Cangar, di mana Universitas Brawijaya telah memiliki lahan hutan agrowisata dengan berbagai fasilitasnya, termasuk pemandian air panas. Medical wellness ini membutuhkan diagnostik medik dan terapi kebugaran, alternatif, dan komplementer untuk melayani pasien sebagai layanan preventif. Hal tersebut dapat menjadi salah satu potensi untuk dikembangkan di masing-masing tempat yang ada di Malang.
Selanjutnya pada paparan kedua, Prof. Laksono membahas diversifikasi usaha antara rumah sakit / klinik di sektor kesehatan dan hotel/resort di sektor wisata. Diversifikasi usaha tersebut menjadi medical wellness yang mana di Jawa Timur belum banyak dikembangkan. Padahal, ekonomi di Jawa Timur pertumbuhannya paling tinggi se-pulau Jawa menurut data BPS. Dari sisi regulasi, berdasarkan Surat Keputusan Bersama Keputusan Bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Kesehatan Nomor SK/13/HK.01.02/MK/2022 Nomor HK.01.08/Menkes/637/2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Wisata Kesehatan Indonesia, medical wellness merupakan bagian dari poin b yaitu wisata kebugaran dan herbal. Yang dituju adalah bagaimana sektor kesehatan dan sektor pariwisata dapat bersama, dimana sektor kesehatan untuk menyehatkan masyarakat dengan promotif dan preventif, sementara sektor pariwisata untuk meningkatkan ekonomi rakyat. Disini, medical wellness dapat dilakukan oleh rumah sakit dan klinik untuk menawarkan layanan preventif.
Salah satu produk medical wellness yang dapat dikembangkan adalah geothermal dengan berbagai manfaatnya yang sudah terbukti ribuan tahun lalu, serta menggambarkan contoh dari Eropa dengan berbagai layanannya. Untuk mengembangkan produk medical wellness, model bisnisnya dimulai dengan menggambarkan perjalanan atau health journey. Salah satu hal yang dapat dikembangkan oleh universitas adalah mempersiapkan mahasiswa dengan kondisi kebugaran yang bagus melalui health journey. Struktur kerja sama yang dapat dilakukan adalah antara rumah sakit atau klinik dengan resort atau hotel, dengan menawarkan paket di saat weekday untuk para pensiunan, karyawan yang cuti untuk healing dan charging, traveller sejati, dan sebagainya melalui berbagai produk kesehatan yang dikombinasikan dengan kuliner sehat, wisata budaya, fotografi, dan lainnya. Tentunya, pengembangan tersebut membutuhkan niat dan aksi dari para eksekutif rumah sakit atau klinik yang berani mengambil resiko untuk diversifikasi usaha, keahlian para ahli geothermal untuk pelayanan kesehatan yaitu tenaga medis dan tenaga kesehatan yang kompeten, masyarakat wisata dan medical wellness, serta pemerintah daerah setempat untuk menggerakkan ekonomi rakyat.
Pada paparan ketiga, Elisabeth memaparkan berbagai operator medical wellness yang sudah dikembangkan di Bali dengan berbagai produknya dan di Guci, Tegal yang saat ini sedang dikembangkan. Sebagai salah satu contoh wisata kesehatan geothermal telah dikembangkan di Tabanan Bali dengan mengkombinasikan MCU, berendam air panas alami, kegiatan wellness, wisata budaya, kegiatan berpetualang, dan kuliner yang menarik. Di Malang juga dapat dikembangkan karena sudah memiliki aksesibilitas, amenitas, dan atraksi. Lalu bagaimana menggambarkan perjalanan wisata kesehatan dan kebugaran, yaitu dengan health journey yang dibuat paket-paket menarik, mulai dari pra kedatangan, kedatangan, dan pasca kedatangan. Ekosistem ini melibatkan rumah sakit / klinik, resort / hotel, travel agent, dan pemerintah daerah. Proses bisnisnya melalui 2 pintu yaitu pengguna masuk melalui hotel dan menggunakan layanan rumah sakit sesuai kebutuhan dan pengguna masuk melalui rumah sakit dan menggunakan layanan hotel sesuai kebutuhan. Salah satu struktur kerja sama yang dapat dilakukan adalah rumah sakit atau klinik bekerja sama dengan resort di daerah geothermal dengan membuat paket-paket untuk weekdays untuk meningkatkan okupansi hotel. Hal tersebut perlu dimulai dengan rencana bisnis yang riil dengan konsep bisnis yang jelas.
Sesi bahasan disampaikan oleh Fajar Trang Bawono, ST., Malang Health Tourism Board dan Dr. dr. Viera Wardhani, M. Kes., Direktur RS Universitas Brawijaya. Fajar mengawali dengan memantik pertanyaan bahwa kapan mulai menerima tamu medical wellness tourism di Malang. Malang Health Tourism sebagai paltform untuk rumah sakit dan operator pariwisata mengembangkan layanan wisata kesehatan. Diversifikasi produk dan layanan tidak hanya menambah nilai bagi rumah sakit namun juga peluang bagi industri wisata. Di Malang sudah diinisiasi Malang Holistic Healing Getaway yang menawarkan berbagai paket menarik dengan itinerary dan sasaran keluarga, pasangan baru, grup kecil, maupun lansia. Malang Health Tourism menawarkan kepada rumah sakit dan klinik kolaborasi dengan operator pariwisata untuk mengembangkan wisata kesehatan di Malang dengan dukungan pemerintah daerah.
Bahasan selanjutnya, dr. Viera memaparkan bahwa geothermal dan medical wellness dapat dikembangkan. Diverisifikasi usaha rumah sakit merupakan sebuah usaha resiliensi, namun tantangan keberlanjutan bisnis tetap dihadapi. Potensi luar biasa di Malang Raya dapat dikembangkan untuk paket wisata kesehatan di saat weekdays. Universitas Brawijaya telah memiliki hotel dan biro perjalanan, pusat riset dan kajian wellness, RS Universitas Brawijaya, klinik UB di kampus dan Dieng, UB Forest di ATP Cangar dengan pemandian sumber air panas alami untuk dapat dikembangkan menjadi wisata edukasi ekologi, wisata kebugaran, forest healing yang rutin. Hal tersebut dapat dimulai dengan model kolaborasi internal di UB ataupun eksternal dengan operator wisata dan perhotelan dalam health journey yang lengkap, serta menargetkan pasar sasaran untuk jalan-jalan weekdays.
Pada sesi diskusi, topik yang cukup menarik dibahas adalah bagaimana memenuhi SDM bidang medical wellness. UU No. 17 / 2024 tentang Kesehatan dan PP No. 28 / 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 17 / 2024 tentang Kesehatan mengatur kompetensi medik yang beririsan namun tetap ada batasan, jadi tidak ada monopoli kompetensi. Sebagai contoh, dokter umum dapat mengambil kompetensi tambahan, misalnya rehabilitasi medik, kesehatan tradisional, estetika, dan lainnya atau dokter spesialis mata ingin belajar estetika dengan sertifikasi dari insitusi pendidikan yang diakui oleh Konsil Kesehatan Indonesia. Sertifikasi tersebut tidak hanya dalam waktu singkat, namun perlu dipikirkan secara serius, seperti di Thailand, untuk mengambil kompetensi pengobatan tradisional membutuhkan 4 tahun. Disini FK sudah harus mulai memikirkan untuk program kompetensi tambahan dokter umum plus.
Ke depannya, medical wellness yang merupakan layanan preventif menggabungkan pemeriksaan medik dengan kegiatan kebugaran ini dapat sebagai diversifikasi usaha berkelanjutan bagi rumah sakit atau klinik dengan menawarkan paket-paket kesehatan dan wisata yang menarik didukung SDM kesehatan yang memiliki tambahan kompetensi. (Elisabeth)