Reportase
Diskusi Online : Mempersiapkan Pendidikan SDM Kesehatan dengan Kompetensi Medical Wellness
Selasa, 22 April 2025

Langkah tindak lanjut dari Brainstorming Health Tourism di Indonesia : Past, Present, Future menghasilkan simpulan terkait integrasi medis dan wellness tourism bahwa sertifikasi SDM medical wellness sangat dibutuhkan sebagai persiapan pengembangan layanan medical wellness tourism. Hal ini dilakukan dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang didukung dengan kolaborasi interdisipliner (antar profesi), termasuk pengembangan kurikulum, persiapan tenaga pendidik, hingga output yang dapat dihasilkan untuk mahasiswa yang mengikuti sehingga harapannya lulusan pendidikan/pelatihan medical wellness tourism ini dapat menghasilkan praktik terbaik untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat secara menyeluruh.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D membuka diskusi dengan bahasan bahwa saat ini, Indonesia tidak mempunyai tenaga kesehatan yang mempunyai sertifikasi medical wellness, sehingga memungkinkan tenaga asing untuk mengambil alih peran tersebut. Dibandingkan dengan pendidikan di Thailand, disana sudah ada pendidikan tenaga kesehatan di Faculty of Medicine Sririraj Hospital dan Mahidol University, yang memadukan pelayanan kesehatan oleh tenaga tradisional dan wellness. Berdasarkan isu tersebut, diharapkan ada kolegium lintas profesi (shared competency) yang memfasilitasi kompetensi medical wellness dengan kolaborasi bersama Konsil Kesehatan Indonesia, yang dapat diawali dengan adanya tim kecil yang bergerak untuk mengembangkan pelatihan dan pendidikan SDM medical wellness.

Paparan pertama disampaikan oleh dr. Tanjung Subrata, M.Repro terkait Human Resources Education bahwa telah ada pendidikan terkait medical wellness di Universitas Warmadewa Bali. Tantangan yang terjadi dalam pelatihan non medical wellness yaitu dasar pengetahuan yang sangat terbatas (terminologi yang berbeda). Berdasarkan tersebut, dibuatlah program sertifikasi untuk trainer yang terbagi menjadi berbagai tingkatan program dengan pengetahuan yang berbeda (semakin tinggi levelnya, maka semakin kompleks pengetahuan yang diberikan dan semakin panjang durasi program) untuk tiap tingkatan. Saat ini, sudah ada spa therapist anatomy course yang diikuti oleh 28 peserta dengan berbagai jenjang pendidikan, namun yang menjadi tantangan diantaranya sebagian besar peserta tidak memiliki latar belakang pelajaran biologi sehingga kurang dapat menyerap topik tentang anatomi yang disampaikan.

Berikutnya, Dr. dr. Made Kurnia Widiastuti Giri, S.Ked., M.Kes menegaskan pentingnya wellness tourism dalam praktik kedokteran untuk pelayanan kesehatan, berupa pendekatan holistik, edukasi, dan layanan yang memberikan kenyamanan pasien, membantu pemulihan terhadap proses pengembangan diri dari dokter melalui long life education, serta pengembangan inovasi layanan wellness. Saat ini Undiksha telah melakukan pembelajaran terkait wellness tourism yang dikemas dengan model yang menyenangkan dan meringankan beban mahasiswa. Metode pembelajaran yang diberikan yaitu tentang herbal medicine, yoga, anti-aging medicine, akupuntur, acupressure, serta sport medicine. Selain itu, sebagai hasil akhir pembelajaran juga diterbitkan Surat Pendamping Ijazah untuk mahasiswa. Pendekatan indisipliner yang diberikan dalam pembelajaran wellness tourism yaitu kolaborasi antara institusi pendidikan, integrasi ilmu kesehatan dan pariwisata, kegiatan ilmiah bersertifikasi, serta proyek studi interdisipliner.

Dr. Sri Rahayu, S.Tr.Keb., S.Kep., Ners., M.Kes kemudian menyampaikan materi terkait bagaimana menyiapkan SDM Kesehatan yang kompeten dalam bidang medical wellness, dimana saat ini wellness merupakan sebuah kebutuhan kesehatan bagi masyarakat yang dapat dilakukan secara holistik. Persiapan tenaga kesehatan dalam bidang wellness, yaitu dengan menyiapkan tenaga pendidik berupa pengembangan diri oleh dosen pengampu berupa pelatihan (asuhan komplementer), magang dan shortcourse. Kurikulum yang dipersiapkan mengacu pada KPT dan Permendikbud No. 53 Tahun 2023 Pasal 10 berupa pemutakhiran kurikulum berupa penatalaksanaan untuk layanan KJSU khususnya penyakit kanker, serta mengembangkan kompetensi unggulan seperti acupressure, massage, hydrotherapy, mind body physical, serta konselor gizi. Kemudian, output lulusan bagi mahasiswa yang dihasilkan berupa uji kompetensi, sertifikat lulusan sesuai keunggulan program studi.

Paparan terakhir disampaikan oleh Dr. Hanung Prasetyo, A.Md.Akup., S.Kp., S.Psi.,M.Si tentang persiapan SDM untuk kompetensi medical wellness yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Saat ini, masyarakat sudah sadar terhadap kebutuhan kesehatan, sehingga dibutuhkan persiapan layanan wellness untuk menunjang kebutuhan tersebut. Persiapan dimulai dengan analisis kebutuhan, kemudian menentukan kompetensi inti yang harus dipenuhi yang mengacu pada standar nasional dan standar internasional tentang medical wellness dan rehab medik. Persiapan tenaga pengajar dengan cara mempelajari kompetensi wellness yang terstruktur, serta memiliki pengetahuan tentang wellness. Selain itu, standar kurikulum dikembangkan dengan mengacu pada best practice global dan adaptasi lokal yang bersinergi. Sarana prasarana yang mendukung aktivitas pembelajaran juga harus dikelola dengan baik, seperti laboratorium dan akses terhadap perpustakaan digital, sehingga setelah lulus, mahasiswa dapat melakukan praktik terbaik. Media pembelajaran juga sudah disesuaikan dengan kondisi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang inovatif dan tidak membosankan. Langkah terakhir sebagai persiapan yaitu kolaborasi interdisipliner dibutuhkan dengan dukungan stakeholder terkait. Akhirnya, sertifikasi berupa hasil pembelajaran diberikan kepada mahasiswa. Namun, tantangannya antara lain kompetensi pendukung, jumlah pengajar, minimnya pemahaman masyarakat luas tentang konsep medical wellness, dana riset, fasilitas pembelajaran, dan keberlanjutan pembelajaran itu sendiri.
Disambung dengan sesi diskusi yang cukup menarik dengan pertanyaan pemantik dari Profesor Laksono, apakah ada konsorsium untuk mempersiapkan SDM kompetensi medical wellness dan siapakah koordinatornya. Selain itu juga perlu mempersiapkan naskah akademik untuk diajukan ke Konsil Kesehatan Indonesia. Beberapa tanggapan dari para narasumber dan peserta pada sesi diskusi, seperti :
- Hanung Prasetyo: memulai dengan membagi topik pembelajaran antar institusi pendidikan, misal untuk anatomi dan fisiologi atau biochemistry dan farmakologi untuk medical wellness akan diampu.
- Sri Rahayu: menyiapkan naskah akademik sebagai justifikasi ilmiah bahwa sertifikasi wellness dibutuhkan untuk disampaikan ke Konsil Kesehatan Indonesia.
- Tanjung Subrata: Universitas Warmadewa sudah siap dengan sertifikasi kebugaran medik dan sedang merenovasi laboratorium anatomi berstandar untuk mendukung sertifikasi medical wellness.
- Andry Dahlan: mengusulkan pemetaan bahan sertifikasi dan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Kesimpulan pada diskusi online kali ini pentingnya kompetensi tambahan bagi SDM kesehatan di bidang medical wellness sehingga perannya tidak diambil oleh asing. Hal yang dapat dilakukan waktu dekat adalah pelatihan tenaga medik & non medik (hands on) untuk kompetensi tambahan medical wellness. (Bestian Ovilia Andini)
Tags: SDG 17, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, SDG 3, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera