Reportase
Workshop Penyusunan Business Plan untuk
Produk Medical Wellness di Weekdays
18 & 20 Juni 2025
Mendukung gaya hidup sehat secara holistik dan terintegrasi mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan emosional. Elemen-elemen kesehatan dan wellness tersebut dapat dilakukan melalui berbagai program dan fasilitas yang tersedia dalam sebuah resort atau hotel, disebut dengan medical and wellness. Di beberapa negara telah mengembangkan medical and wellness yang dilakukan di hotel atau resort. Selain untuk pelayanan preventif, juga dapat meningkatkan hunian hotel atau resort tersebut. Bagaimana di Indonesia? Dan mengapa di weekdays?

Melihat peluang tersebut, PKMK FK KMK UGM menyelenggarakan Workshop Penyusunan Business Plan untuk Produk Medical Wellness di Weekdays, Rabu, 18 Juni 2025 di Gulala Azana Hotel & Resort, Guci secara hybrid dan Jumat, 20 Juni 2025 secara online. Selain peserta dari RS dr. Soeselo Slawi, Gulala Azana Hotel & Resort, SunQTa Hotel, Wisata Kesehatan Jamu Kabupaten Tegal, Pelangi Wisata Tour & Travel, Bappedalitbang Kabupaten Tegal, workshop ini juga diikuti oleh RSUD R. Syamsudin, S.H., Sukabumi, RSUD Kajen, Pekalongan, dan RS Soerojo, Magelang.
Workshop dibuka oleh Ibu Noor Sofiah, S.T., M.P.W.K., Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bappedalitbang Kabupaten Tegal. Sebagai bagian dari Peta Jalan Pengembangan Wisata Terintegrasi Berbasis Medical Wellness di Kawasan Guci, diharapkan rumah sakit, hotel atau resort, dan travel agent dapat bersama-sama mengembangan layanan medical wellness untuk mendukung kesehatan dan pariwisata di Kabupaten Tegal.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. memaparkan tentang pengembangan wisata geothermal di Guci, Kabupaten Tegal utamanya di saat weekdays. Menikmati wisata kesehatan lebih nyaman di saat weekdays karena tidak macet, obyek wisata tidak penuh sesak, serta mendapatkan harga kamar lebih murah dibanding weekend. Berbagai layanan yang dapat dikembangkan seperti MCU, terapi hidro, forest bathing dikombinasikan dengan wisata kuliner, alam, kerajinan, dan lainnya. Pelayanan ini perlu dikembangkan secara terintegrasi dengan dukungan pemerintah daerah untuk menggerakkan perekonomian rakyat dan dijalankan oleh operator swasta.
Dalam medical wellness perlu digambarkan perjalanan kesehatan yang akan dilampaui penggunanya mulai dari pra kedatangan, saat kedatangan, dan pasca kedatangan. Model bisnis yang dapat dijalankan adalah dengan aliansi strategis antara rumah sakit atau klinik dengan hotel atau resort dan harus saling menguntungkan, termasuk memberikan pendapatan tambahan untuk hotel atau resort di saat weekdays. Tidak semua resort memiliki pelayanan kesehatan, mungkin hanya beberapa dan berbasis segmen pasar. Situasi tersebut juga terjadi, seperti contoh di Kuala Lumpur, Bangkok, atau Geinberg Austria. Sebagai referensi, Komune Living and Wellness, sebuah hotel yang menyediakan berbagai layanan kesehatan bekerjasama dengan berbagai tenant yang ahli di bidang kesehatan. Mereka menyediakan layanan pemeriksaan medik, klinik gigi, fisioterapi, traditional Chinese medicine, pijat tradisional, spa medik, postpartum care, baby and child care, dan pelayanan lansia.
Kabupaten Tegal mendukung hal tersebut dengan melakukan perencanaan jangka pendek dan menengah kawasan wisata kesehatan di Guci berbasis air panas yang akan dimasukkan dalam RPJMD agar dapat diacu oleh dinas-dinas terkait, sektor swasta, dan masyarakat. Tentunya menekankan pada kegiatan wisata di weekdays yang dilakukan oleh operator bisnis seperti rumah sakit, klinik, hotel atau resort, dan travel agent. Para operator bisnis tersebut membutuhkan rencana bisnis agar dapat menentukan visi bisnis, target pasar, dimana produk akan dijual, kapan, bagaimana cara menjual, rancangan menu produk di website, dan proyeksi keuangan.

Selanjutnya sesi yang lebih teknis bagaimana menyusun rencana bisnis pengembangan produk medical wellness disampaikan oleh para fasilitator. Elisabeth Listyani memaparkan ekosistem dan proses bisnis, analisis Porter’s Five Forces, dan produk-produk medical wellness yang dapat dikembangkan oleh rumah sakit atau klinik dan hotel atau resort. Layanan preventif yang sudah dimiliki saat ini akan lebih mudah dikembangkan, seperti contoh MCU, nutrisi, estetika, terapi hidro, IV Drip, immunity boost, maupun kesehatan kerja, dan lainnya dapat digabungkan dengan kegiatan kebugaran untuk fisik, mental, dan spiritual. Produk-produk tersebut dapat didiskripsikan secara menarik yang berfokus pada manfaat, ringkas, dan jelas. Kemudian perlu untuk menyusun health journey, mengidentifikasi target pengguna, pesaing, mempersiapkan jenis dan jumlah SDM untuk mendukung layanan tersebut, kebutuhan peralatan pendukung, dan alur kerja operasional.

Esti Cemporaningsih, S.T., M.Si. memaparkan tentang potensi wisata untuk mendukung medical wellness, keunikan, pengembangannya, dukungan masyarakat terhadap wisata tesebut, aksesibilitas dan infrastruktur, serta keberlanjutan atau dampak lingkungan dan sosial. Kemudian terkait rencana pemasaran, promosi, dan penjualan produk medical wellness tourism yang kuncinya ada pada layanan medis, wellness, akomodasi, destinasi, dan lainnya seperti transportasi, penerjemah, asuransi, ataupun pemandu. Mesti ada Unique Selling Proposition, apa yang membuat produk yang ditawarkan berbeda dan lebih baik dari pesaing. Penetapan harga mesti berbasis nilai holistik, kualitas layanan, dan pengalaman yang ditawarkan, bukan hanya biaya operasional. Harga yang dapat ditawarkan dapat berupa paket all in, modular yang mana pengguna dapat memilih layanan individu yang dibutuhkan, tiered pricing, diskon dan promosi dengan saluran distribusi online maupun offline. Promosi dapat dilakukan secara digital dan mengikuti berbagai pameran dan kemitraan.

Salah satu saluran distribusi pemasaran dan penjualan adalah melalui website. Sebagaimana dipaparkan oleh Anak Agung Ngurah Manik Artawan, S.T., M.T., M.M, website sangat membantu sebagai wajah digital untuk pusat informasi detail layanan, harga, sampai ke pembayaran online dengan berbagai manfaatnya. Fitur pilihan bahasa, chat AI, juga perlu ditambahkan. Kecepatan akses ke website juga perlu dipertimbangkan agar calon pengguna tidak beralih ke penyedia yang lain, dan mesti user friendly.

Semua aspek yang sudah dipaparkan tersebut, kemudian bermuara ke perencanaan keuangan yang dipaparkan oleh Dr. Anastasia Susty A., M.Si., Akt., CA., CRP., AMA. Pada aspek keuangan dibutuhkan analisis investasi, costing dan pricing, serta analisis profitabilitas. Perencanaan investasi meliputi aspek pasar, perencanaan layanan, perencanaan fasilitas, perencanaan operasional, perencanaan keuangan, dan kebutuhan investasi. Untuk mengidentifikasi dan mengukur sumber daya yang dibebankan ke produk membutuhan costing untuk perencanaan pendanaan, menentukan harga, dan mengambil keputusan investasi. Analisis profitabilitas menggunakan penghitungan return on investment, residual income, dan economic value added. Perencanaan pengembangan medical wellness tourism merupakan kontribusi investasi antar operator bisnis, proyeksi keuangan bersama, potensi pembagian keuntungan, dan potensi risiko bersama.
Selain paparan dari narasumber dan fasilitator, peserta juga diajak untuk berlatih bersama dan memaparkan hasil rencana bisnis mengembangkan produk medical wellness. Berbagai produk yang akan mereka tawarkan dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk inovasi pelayanan pasien non BPJS bagi rumah sakit atau klinik dan meningkatkan hunian di saat weekdays bagi hotel atau resort serta meningkatkan aktivitas bagi travel agent yang harapannya dapat meningkatkan pendapatan untuk para operator bisnis tersebut.
Kesemuanya itu membutuhkan dukungan pemerintah daerah yang dapat dimasukkan dalam perencanaan jangka pendek dan menengah dengan visi menggerakkan ekonomi masyarakat di saat weekdays, meningkatkan kesehatan masyarakat, dan memperkuat posisi daerah tersebut sebagai pusat wisata kesehatan. (Elisabeth Listyani)