PKMK FK KMK UGM & Malang Health Tourism
menyelenggarakan
Diskusi Online
Menjawab Tantangan untuk Harga, Produk & Daya Saing dalam Pengembangan Medical Tourism di Indonesia
Latar Belakang
Sebanyak 600 ribu masyarakat Indonesia pernah berobat ke luar negeri dengan total devisa yang dibelanjakan mencapai 11 miliar dolar AS. Potensi ekonomi Indonesia yang dibelanjakan untuk kesehatan sebesar 160 – 180 triliun rupiah setahun yang telah banyak dibelanjakan di luar negeri, 80% nya adalah di Malaysia, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan medis. Potensi pasar pariwisata medis global bagi Indonesia hingga 2026 diperkirakan mencapai US$ 179,6 juta atau sekitar Rp 2.58 triliun rupiah. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga mendorong pengembangan wisata kesehatan (wellness tourism) untuk mengoptimalkan potensi ini.
Harga, produk, daya saing, dan model bisnis menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan medical tourism di Indonesia. Hal tersebut menjadi bagian diskusi yang menarik pada Brainstorming Health Tourism di Indonesia: Past, Present, Future yang telah dilaksanakan pada Rabu, 9 April 2025 menggunakan analisis Porter’s Five Forces. Menjadi topik diskusi hangat pada brainstorming tersebut adalah strategi harga dan produk sehingga dapat bersaing dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand, hambatan seperti pajak tinggi sehingga menghambat inovasi, biaya layanan yang kurang kompetitif, dan regulasi yang belum mendukung inovasi, serta perlunya kolaborasi dengan pemerintah untuk mempromosikan medical tourism, termasuk fasilitas dan kebijakan pendukung.
Pengembangan medical tourism sebagai bagian health tourism di Indonesia membutuhkan strategi harga hingga solusi berbasis biaya efektif. Disini, perlu mengevaluasi strategi harga, meningkatkan kualitas layanan, dan memperkuat kolaborasi dengan pemerintah untuk bersaing di pasar global. Regulasi yang mendukung, fasilitas berstandar internasional, dan penekanan pada “pricing strategy” yang kompetitif menjadi kunci menarik pasien asing. Pada diskusi online kali ini akan membahas hal apa saja yang dapat dilakukan dalam waktu dekat untuk memperkuat branding Indonesia sebagai destinasi medical tourism melalui produk unggulan dan harga kompetitif.
Tujuan
- Memetakan kondisi / current state Indonesia dalam upaya membenahi layanan wisata medis dari segi keunggulan pelayanan kesehatan.
- Membedah alasan terdalam mengapa Indonesia belum mampu bersaing dalam industri Wisata Medik di Indonesia, terutama pada segi kualitas layanan dan harga layanan yang kompetitif.
- Menggali suara dari para ahli, para pelaku, para pendidik, dan semua pihak untuk memberikan masukan bahwa terdapat hal-hal tertentu yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku pariwisata kesehatan.
- Membentuk tim kecil untuk tindak lanjut hal tersebut.
Waktu Pelaksanaan
Hari & tanggal : Kamis, 15 Mei 2025
Waktu : 13.00-15.00
Link webinar : https://pkmk.site/DiskusiMedicalTourism
Meeting ID : 820 2266 1908
Pascode : 123456
Susunan Acara
Waktu | Durasi | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | 5’ | Pembukaan | MC |
13.05-13.15 | 10’ | Pengantar Diskusi |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
Panel Paparan: | |||
13.15-13.30 | 15’ | “Strategi BIMC Hospital dalam mengembangkan keunggulan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang berskala internasional” |
Hermes Santosa, M.A.R.S. (Hospital Director BIMC Hospital) |
13.30-13.45 | 15’ | “Kesiapan SDM Tenaga Medis dan Kesehatan Indonesia dalam membangun keunggulan Wisata Medik di Indonesia” |
Ivan Rizal Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, MMIS, Sp.OG. (Chairman PT Bundamedik Tbk / Dekan FK IPB/ anggota Kolegium Kesehatan Indonesia Pengganti Antarwaktu masa bakti 2024-2028) |
13.45-14.00 | 15’ | “Tantangan Indonesia dalam hal Regulasi dan Terobosan Riset Inovasi Biomedik dalam menunjang keunggulan Wisata Medik di Indonesia” |
Dr. dr. Reza Y. Purwoko, Sp.D.V.E, FINSDV, FAADV (Researcher at CRSU Imeri FKUI, Lecturer, Doctor in Biomedicine Science, Cosmetic Investigator / Sekretaris Jenderal AWMI) |
14.00-14.15 | 15’ | “Mengapa Warga Negara Indonesia masih mencari dan memilih pelayanan Wisata Medik di Luar Negeri?” |
dr. Andry Edwin Dahlan (Founder Global Health Tourism Assistance) |
14.15-14.55 | 40’ | Diskusi |
Moderator: Ardantya Syahreza (Ketua Malang Health Tourism Board / WKU Asosiasi Wisata Medik Indonesia) |
14.55-15.00 | 5’ | Penutup | MC |
Target Peserta
- Kementerian Koordinator Perekonomian RI, Asdep Pariwisata – penanggung jawab koordinasi Indonesia Health Tourism
- Kementerian Pariwisata RI, Deputi Bidang Pemasaran
- Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Pengembangan Pelayanan Kesehatan Rujukan
- Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi RI
- Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
- Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
- Para Direktur dan Manajemen Rumah Sakit yang telah ter Sertifikasi Wisata Medik / sedang dalam proses.
- Para Direktur dan Manajemen Rumah Sakit yang memiliki aspirasi untuk mengembangkan Rumah Sakitnya menjadi RS yang memiliki keunggulan medical tourism.
- Para Dokter Ahli Spesialis dan Sub Spesialis yang merasa bahwa dokter-dokter di Indonesia telah memiliki keahlian yang sangat unggul namun belum optimal difasilitasi oleh Rumah Sakit, Pemerintah ataupun ekosistem kolega keprofesian.
- Pengelola Klinik
- Praktisi & pegiat health tourism.