Reportase
Balanced Bodies : Supporting Musculoskeletal Wellness with Nutrition, Exercise and Acupuncture
Rabu, 27 November 2024
Keynote Speech pertama disampaikan oleh dr. Made Indra Wijaya, MARS., Ph.D bahwa herbal medicine and wellness tourism harus dilestarikan di Indonesia, salah satunya adalah menjaga kelestarian dengan mengajarkan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa lebih mengenal produk herbal asli Indonesia. Selain itu, terdapat spiritual medicine meliputi yoga dan meditasi, harapannya dokter umum dapat mengembangkan spiritual medicine kedalam medical wellness. Exercise medicine yang meliputi tindakan preventif kesehatan juga dapat dimasukkan dalam paket medical wellness yang saat ini sudah banyak dilakukan. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan health and medical tourism dengan menerapkan aspek business and enterpreneurship, meliputi analisis SWOT, business plan, serta service excellence dari wellness tourism.
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D selanjutnya menyampaikan penyediaan SDM medik dan kesehatan dengan kompetensi tambahan medical wellness, dimana UU Kesehatan merupakan sebuah wujud transformasi kesehatan yang masih terdapat dinamika dalam wewenang sektor kesehatan. Transformasi terkait sumber daya kesehatan, khususnya SDM kesehatan akupuntur harus mempunyai kompetensi acupuncture wellness untuk melakukan tindakan preventif selain mengobati penyakit. Saat ini, link and match belum terjadi antara sektor pendidikan dan sektor kesehatan, sehingga UU Kesehatan 2023 sebagai momentum untuk membuat regulasi yang baik untuk penyediaan SDM kesehatan akupuntur, dimana pelayanan kesehatan tradisional juga dapat diberikan oleh tenaga yang memiliki kompetensi tambahan, tidak hanya dokter spesialis. Namun, saat ini masih terdapat dilema dimana belum ada kepastian terkait kolegium yang meliputi beberapa bidang ilmu, sehingga harapannya dilema tersebut memicu sebuah transformasi di bidang SDM kesehatan akupuntur yang diatur oleh Konsil Kesehatan Indonesia dan praktek akupuntur wellness dapat dikerjakan tidak hanya oleh dokter spesialis, namun juga bidang ilmu kesehatan lainnya yang memiliki kompetensi akupuntur.
Interaksi nutrigenomik dan wellness dalam aging process disampaikan oleh Dr. dr. Gede Indraguna Pinatih, M.Sc., Akp, Sp.GK. Faktor yang mempengaruhi kesehatan meliputi lingkungan, genetik, pelayanan kesehatan, serta gaya hidup, dimana faktor tersebut saling berkaitan dalam sebuah ekosistem kesehatan secara simultan. Aging process akan terus berjalan sampai clincal horizon yang menunjukkan tanda penuaaan sebagai status klinisnya. Saat ini, banyak minuman gula, makanan cepat saji, serta sedentary lifestyle lebih banyak dilakukan oleh karena kemudahan teknologi, sehingga menimbulkan beberapa penyakit tidak menular yang muncul karena peningkatan Body Mass Index (BMI). Kontrol aktifitas fisik dan makanan merupakan bentuk pencegahan terhadap faktor risiko tersebut yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu oleh karena tiap individu memiliki variasi genetik yang berbeda-beda. Nutrigenetik merupakan proses makanan dalam tubuh manusia, sedangkan nutrigenomik merupakan identifikasi dari perubahan kesehatan akibat proses makanan tersebut. Oleh karena perkembangan teknologi berdasarkan ilmu, maka dikembangkan sebuah precision medicine untuk mengembangkan intervensi yang spesifik pada masing-masing individu, termasuk kebutuhan nutrisi yang spesifik.
Tanjung Subrata, M.Repro., ABAARM menyampaikan materi terkait stretching exercise for musculoskeletal wellness in aging, dimana tren penyebab keluhan nyeri banyak disebabkan oleh Myofascial Pain Syndrome (MPS) dengan prevalensi usia berkisar antara 30-60 tahun serta banyak juga pada usia >65 tahun. Stretching merupakan latihan yang dilakukan untuk menangani MPS serta terbukti mengurangi nyeri akibat tusukan jarum, sehingga kombinasi terapi akupuntur dan stretching efektif dalam menangani kasus tersebut. Dalam tubuh manusia tersusun atas muskulus, mulai dari sternocleidomastoid di area leher hingga tibialis anterior pada area kaki, dimana masing-masing muskulus mempunyai aksi dan pola nyeri yang berbeda sehingga menghasilkan teknik stretching yang bervariasi.
Berikutnya, Prof. Dr. dr. Koosnadi Saputra, Sp.Rad menjelaskan bahwa banyak degenerasi muskuloskeletal yang diatasi dengan akupuntur untuk membantu mobilisasi pasien pada daerah yang nyeri dan pada waktu yang tepat. Degenerasi muskuloskeletal menyebabkan beberapa masalah diantaranya osteoporosis serta masalah pada saraf. Terapi yang dilakukan untuk kasus tersebut diantaranya terapi fisik, akupuntur sebagai terapi alternatif, terapi pengobatan serta terapi psikis. Akupuntur sebagai terapi untuk degenerasi muskuloskeletal dapat menggunakan jarum atau laser bagi pasien yang takut pada jarum. Perjalanan yang ditempuh pasien untuk terapi akupuntur meliputi proses konsultasi untuk menegakkan diagnosis, kemudian dilakukan perencanaan terapi serta terapi integrasi berupa akupuntur. Model inflamasi lokal dapat dilakukan dengan menggunakan dry needling, acupuncture needling dengan metode oblique, serta dengan acupuncture needling or with electro stimulation. Evaluasi muskuloskeletal dilakukan dengan tepat diagnosis dan tepat waktu, penyakit dapat diidentifikasi dengan tepat melalui uji laboratorium, pemeriksaan fisik dan muskuloskeletal secara komprehensif, serta melakukan konsultasi kepada dokter jika terdapat keluhan lebih lanjut. Adapun ffek terapeutik yang didapatkan diantaranya menghilangkan seluruh gejala sebagai fungsi pemulihan fungsi tubuh serta penurunan keluhan nyeri. Efek terapeutik tersebut tidak dapat dihasilkan dengan mudah, namun harus disertai dengan pendekatan terapeutik yang tepat berupa penegakan diagnosis dan rencana terapi, kelancaran komunikasi antara dokter dengan pasien saat terapi, hingga pelaksanaan latihan pasca tindakan.
Reporter : Bestian Ovilia Andini