Reportase
Seminar Nasional Pengembangan Geothermal dalam Medical Wellness
Kamis, 7 November 2024
Medical wellness merupakan layanan yang saat ini banyak disarankan untuk dikembangkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan oleh karena potensi yang dimiliki cukup besar. Potensi wellness tersebut salah satunya yaitu geothermal wellness, dimana berasal dari posisi Indonesia yang merupakan jalur ring of fire. Geothermal tersebut telah terbukti dapat menjadi salah satu alternatif terapi kebugaran untuk mengatasi berbagai penyakit dengan memanfaatkan sumber air panas. Harapannya, fasilitas pelayanan kesehatan dapat memanfaatkan potensi tersebut dengan melakukan kolaborasi dengan sektor pariwisata dan lainnya untuk mengembangkan layanan geothermal wellness yang nantinya akan turut membantu dalam meningkatkan perekonomian masyarakat oleh karena keterlibatan UMKM.
Seminar dimulai dengan sambutan pembukaan yang disampaikan oleh dr. Andry Edwin Dahlan terkait dengan tujuan kolaborasi Global Health Tourism Assistance dengan PKMK untuk menunjukkan wellness tourism, medical tourism yang diselenggarakan dengan evidence based untuk mengembangkan spot tourism di Indonesia. Saat ini telah dilakukan mapping spot dalam 3 landscape, meliputi pegunungan yang memanfaatkan kolaborasi dalam ilmu volkanologi seperti pemanfaatan air panas lumpur dan udara bersih, landscape hutan yang dimanfaatkan untuk forest therapy, serta landscape laut untuk oceanotherapy. Indonesia terkenal memiliki keunikan seperti biodiversity dan cultural diversity. Konsep geothermal dan medical wellness bertujuan untuk menghasilkan revenue dan kunjungan yang lebih banyak, serta kerusakan alam dapat dikurangi.
Sesi pengantar oleh Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D, terdapat peluang pengembangan produk geothermal. Produk geothermal yang dapat dikembangkan meliputi thermal bath, ozonide, thermal rehabilitation, inhalation therapy, massage membutuhkan banyak SDM terverifikasi dan terlatih. Sebagai contoh layanan geothermal di Austria, yaitu VAMED. RS di Indonesia saat ini belum mengembangkan medical wellness dalam pelayanan kesehatannya, sehingga perlu dilakukan perencanaan bisnis, serta melakukan kerjasama dengan perhotelan dan agen perjalanan. Indonesia sebagai wilayah ring of fire, air panas seharusnya dapat dimanfaatkan dalam konteks medis, sehingga dapat menjadi sebuah peluang usaha dengan paket layanan meliputi pra kedatangan, kedatangan, pasca kedatangan dengan dua pilihan jalur masuk yaitu masuk sebagai pasien RS atau tamu hotel yang akan mendapatkan perawatan kesehatan di RS. Struktur kerja sama berupa RS/klinik yang mempunyai resor di daerah geothermal, atau RS/Klinik bekerjasama dengan resor di daerah geothermal, terutama untuk mengoptimalkan okupansi saat weekdays sehingga tidak terjadi penumpukan kunjungan saat weekend.
Paparan utama disampaikan oleh Santy Lusiani terkait dengan pemanfaatan geothermal sebagai wisata kebugaran di Indonesia yang berfokus kepada wisata minat khusus dengan produk unggulan yang bertujuan untuk menargetkan minat wisatawan pada hobi atau minat saat waktu luangnya atau aktivitas yang memiliki banyak keahlian, serta akan menargetkan sasaran market yaitu segmented market yang lebih niche. Geowisata panas bumi merupakan bentuk pariwisata yang memanfaatkan geothermal yang memberikan pengalaman edukatif dan rekreatif, dimana destinasi harus memiliki fitur-fitur alami dan kawah untuk menunjukkan aktivitas geothermal, fungsi edukasi dan penelitian, fungsi kesehatan dan wellness, serta pembangunan ekonomi lokal. Upaya pengembangan geowisata panas bumi yang telah dilakukan diantaranya kolaborasi dengan PT Pertamina Geothermal yang terintegrasi industri pariwisata, eksplorasi potensi wilayah sekitar 256 lokasi, festival panas bumi, riset dan pengembangan teknologi serta beberapa pilot project.
Paparan berikutnya disampaikan oleh Dr. Ir. Igan S. Sutawidjaja, M.Sc terkait teknik geothermal, dimana Indonesia memiliki banyak gunung api aktif yang dapat dimanfaatkan panas buminya. Bumi telah melakukan evolusi dari jutaan tahun yang lalu, kemudian mengakibatkan tektonisme gunung api, dimana lempeng tektonik tersebut pecah dan membentuk gunung api. Berdasarkan peta sebaran panas bumi di Indonesia, terdapat 276 daerah geothermal yang telah teridentifikasi pada ring of fire, dimana panas tersebut berasal dari aktifitas gunung api. Manifestasi meliputi udara panas (solfatara) yang mengandung belerang, fumarola atau uap air yang berasal dari semburan air panas atau asap, mata air panas, lumpur panas, dan alterasi batuan yang berasal dari batuan keras yang berubah menjadi lunak kemudian terjadi letusan. Pemanfaatan panas bumi secara tidak langsung berupa tenaga listrik. Selain itu, panas bumi juga dapat dimanfaatkan secara langsung untuk geothermal, greenhouse heating, agricultural drying dan akuakultural pond heating, bathing and swimming, penggunaan industri dan lainnya.
Selanjutnya, Ir. Oman Abdurrahman, M.T memaparkan tentang pengantar geokimia air panas bumi untuk kesehatan serta partisipasi masyarakat dalam geowisata dan wellness tourism. Wilayah Indonesia kaya akan mata air panas yang berasal dari gunung api volkanik. Berdasarkan peta persebaran mata air panas, dengan jumlah paling banyak di Jawa dan Sumatra yang memiliki banyak gunung api. Gambaran tren geowisata yang dapat berkolaborasi dengan wisata kebugaran menunjukkan tren yang tinggi dengan target yang cukup tinggi sebesar 95 Triliun, serta revenue yang diprediksi akan cukup meningkat. Pemanfaatan geowisata meliputi geowisata, serta geopark yang merupakan taman yang memiliki warisan geologi, biologi dan budaya, serta wellness tourism. Beberapa bentuk partisipasi masyarakat juga beragam mulai dari geowisata dan wisata kebugaran. Bentuk partisipasi pada geowisata meliputi pengelolaan destinasi wisata, penyedia jasa dan produk lokal, konservasi dan perlindungan lingkungan, keterlibatan dalam perencanaan dan pengembangan geowisata, penciptaan produk wisata kreatif, serta pengawasan dan monitoring. Sedangkan bentuk partisipasi pada wisata kebugaran meliputi instruktur dan pemandu wisata, penyedia akomodasi, pengadaan kuliner sehat, pelatihan mindfullness dan seni, pengelolaan rute hiking dan tracking, pengadaan jasa penyewaan alat olahraga dan kebugaran, penyedia layanan pijat dan terapi tradisional, penyediaan produk herbal dan jamu, serta pembuatan produk souvenir berbasis kebugaran.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh Esti Cemporaningsih, S.T., M.Si terkait dengan kebutuhan wisata geothermal yang terdiri dari 6A yaitu Attraction, amenities, anciliary services, accessibilities dan available package. Kepuasan wisatawan akan dapat dicapai dengan memenuhi standar, dimana hal tersebut akan mempengaruhi durasi tinggalnya wisatawan. Selain itu, faktor penentu kepuasan wisatawan geothermal berdasarkan studi kasus hot spring tourism di Thailand meliputi kualitas lingkungan yang terkait dengan ketenangan, kebersihan, ekologi, budayam serta kegiatan rekreasi. Faktor lainnya sumber daya khusus, convenience, makanan, kualitas pelayanan serta fasilitas yang dimiliki juga berpengaruh, dimana promosi yang disampaikan oleh pihak pengelola wisata dapat disampaikan dalam bentuk story telling yang mengandung komponen manfaat yang dapat diperoleh wisatawan saat berkunjung, sehingga dapat menarik minat wisatawan. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan layanan meliputi identifikasi kekuatan sumber daya geothermal, menentukan konsep, menentukan target pasar, peruntukan dan zonasi yang terkait dengan konsep mikro, penyiapan komponen pendukung yang terdiri dari sumber daya manusia, fasilitas dan sarana prasarana, serta langkah yang terakhir yaitu penentuan paket layanan.
Berikutnya, dr. Sunarto, M.Kes menyampaikan paparan terkait pengembangan wisata medis dengan potensi geothermal, dimana potensi geothermal yang disebabkan oleh posisi Indonesia yang berada di ring of fire merupakan sebuah tantangan baru bagi fasilitas pelayanan kesehatan. Pengembangan ekosistem merupakan hal utama bagi mengembangkan layanan wisata geothermal, yang meliputi lokasi, sarana prasarana, fasilitas, dan lainnya. Daerah-daerah potensi geothermal banyak menawarkan wisata alam yang menarik berupa dataran tinggi dan pegunungan, sehingga potensi medical tourism di daerah tersebut sangat menjanjikan. Potensi geothermal tersebut tidak akan lepas dari tantangan yang akan dialami oleh pengelola geothermal wellness, yang meliputi biaya investasi awal, pemeliharaan dan teknologi, lokasi geografis. Rencana pengembangan yang akan dilakukan di Indonesia diantaranya penelitian dan studi kelayakan, kolaborasi pemerintah dan swasta untuk investasi, pembangunann infrastruktur, serta edukasi dan pelatihan tenaga medis serta teknisi untuk kegiatan operasionel layanan geothermal.
Paparan terkait spektrum health tourism dan unggulan layanan kesehaan berbasis geothermal di Indonesia disampaikan oleh dr. Andry Dahlan. Pendekatan holistik yang dicari oleh masyarakat meliputi kegiatan fisik, pelatihan mental, kegiatan spiritual, pelatihan emosional, serta kegiatan lingkungan. Spektrum dari wisata kesehatan meliputi pasien internasional, traveller yang peduli akan kesehatannya, turis yang berkunjung untuk mendapatkan layanan kesehatan, turis yang berkunjung untuk rekreasi, konsumen yang berkunjung untuk layanan kesehatan seperti spa atau gym, serta konsumen yang berkunjung untuk mendapatkan layanan kesehatan seperti diet sehat atau kegiatan fisik. Konsep urban wellness dengan memanfaatkan sport wellness dapat dimanfaatkan jika lokasi fasilitas pelayanan kesehatan terdapat di daerah perkotaan. RS dapat menjadi hub bagi kegiatan wellness serta sebagai revenue center non JKN dengan memanfaatkan layanan seperti klinik kecantikan, aktivitas outdoor, akademi, program olahraga, serta café sehat, dan resort. Harapannya, pengembangan layanan wellness harus memiliki kajian yang komprehensif serta lingkungan yang aman dan mendukung bagi wisatawan yang berkunjung.
Ni Nyoman Sri Rahayu Wulandari, M.Biomed, Sp.B menyampaikan materi terkait geothermal sebagai inovasi produk medical wellness di rumah sakit bahwa kegiatan geothermal wellness banyak memiliki manfaat mulai dari fungsi preventif, fungsi terapi, pemulihan mental health, serta peningkatan kualitas hidup. Saat ini, RS Bhakti Rahayu memiliki program Brahealthcare, serta Bali pada umumnya telah banyak mengembangkan geothermal wellness dengan memanfaatkan berbagai kandungan mineral pada sumber mata air panas yang ada. Geothermal sebagai inovasi produk RS dapat dilakukan dengan analisis SWOT yang meliputi identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman. Selain itu, juga dilakukan strategi pengembangan layanan berupa 6M yang meliputi Man, Material, Money, Machine, Method, Marketing. Paket yang ditawarkan meliputi perjalanan mulai dari sebelum perawatan yang meliputi pemesanan dan penjelasan program, durante saat perawatan meliputi pemeriksaan, konseling dan pelayanan wellness, serta pasca perawatan meliputi follow up dan customer relationship management.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh dr. Yanuar Iman Santosa, Sp. THT-BKL, Subsp. A.I.(K), M.Si.Med terkait dengan design thinking proccess to inovate in geothermal services in medical & wellness tourism settings bahwa saat ini telah memasuki era healthcare 3.0 yang meliputi fase proaktif dimana sudah ada paket skrining yang dibayarkan oleh negara dan akan menuju ke healthcare 4.0 dengan fase predictive. RS saat ini harus memberikan pengalaman yang merupakan kombinasi dari pemberian produk dan pelayanan kepada pasien, sehingga perlu sebuah pemahaman bagi RS terhadap patient journey and experience, dimana patient journey tersebut dimulai dari proses pendaftaran hingga pasien mendapatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka RS diharapkan untuk mampu beradaptasi dalam hal memahami pengalaman pasien serta konsep layanan medical wellness yang harus dilandasi dengan evidence based. Design thinking yang dimiliki RS tidak hanya mengandung inovasi, namun juga harus memiliki solusi masalah sehingga target pasar dapat memiliki minat untuk membeli layanan medical wellness. (Bestian Ovilia Andini)