Dukungan Psycological well-being Pada Lansia Menuju Bangsa yang Bermartabat
Dukungan Psycological well-being Pada Lansia Menuju Bangsa yang Bermartabat.
Indonesia saat ini sedang memasuki aging society yaitu negara yang memiliki jumlah penduduk lansia yang tinggi. Kondisi ini merupakan tantangan besar dalam perjalanan suatu bangsa. Semakin tinggi jumlah penduduk lansia, maka akan semakin besar pula jumlah usia ketergantungan yang dibebankan kepada kelompok usia produktif di satu sisi, dan beban bangsa dan negara di sisi lainnya. Secara statistik kecenderungan sebagai negara yang aging society itu semakin besar dari tahun ke tahun.
Menurut data BPS tahun 2015, jumlah penduduk lansia di Indonesia 8,5 persen dari seluruh populasi. Pada tahun 2020 jumlahnya meningkat menjadi 10 persen. Tahun 2024 ini meningkat lagi secara signifikan menjadi 20 persen. Dan diprediksi tahun 2050 menjadi 25 persen atau sekitar 74 juta jiwa.(CNN Indonesia tanggal akses 3 Mei 2024).
Ditengah semakin banyak jumlah lansia yang bergantung pada kelompok usia produktif dengan beban hidup yang semakin tinggi pada kelompok usia produktif tersebut, maka penduduk lansia rentan terhadap resiko osial ekonomi dalam hidupnya. Salah satu kerawanan itu, lansia berpotensi mengalami eldery abuse yakni kekerasan terhadap lansia (orang tua). Implikasi ancaman ini minimal lansia mengalami pembiaran secara sistematis baik oleh keluarga inti atau lingkungannya.
Terlepas dari efektif atau belum efektifnya, pemerintah melalui BKKBN sebenarnya telah mensosialisasikan terciptanya lansia Indonesia yang berkualitas melalui kampanye Lansia Tangguh yang disasar adalah keluarga yang memiliki lansia yang melalui pemberdayaan dan rekayasa social sebuah kelompok yang disebut sebagai Bina Keluarga Lansia (BKL). Melalui kelompok ini, diharapkan kualitas lansia tetap terjaga dengan secara terus menerus mempromosikan tujuh aspek agar lansia tetap tangguh ditengah semakin menurunnya produktivitas lansia tersebut. Hal ini dilakukan melalui penguatan dimensi spiritual, dimensi intelektual, dimensi fisik, dimensi emosional, dimensi social kemasyarakatan, dimensi professional vokasional dan dimensi lingkungan.
Dimensi-dimensi ini akan efektif jika di dukungan oleh aspek lain melalui kesadaran kolektif anggota keluarga dan masyarakat dengan senantiasa memberikan dukungan penguatan psikologis kepada para lansia. Sebuah konsep yang mungkin memberikan kontribusi sebagai bentuk dukungan kepada lansia dalam perspektif kajian psikologi apa yang disebut dengan psychological well-being; yaitu dukungan psikologis agar lansia memiliki kesejahteraan dalam menjalani sisa hidupnya.
Penekanan konsep ini adalah memberikan akses kesejahteraan secara psikologis ditandai adanya rasa bahagia pada lansia. Ini berimplikasi berkurangnya gejala depresi pada lansia, selain itu dengan dukungan ini lansia memiliki kepuasan dalam hidupnya serta mereka masih memiliki ruang untuk tetap mengembangkan dirinya.
Melalui pemahaman komunikasi yang baik dan empatik dari keluarga dan lingkungan terdekatnya, maka psychological well-being diharapkan mampu mendorong lansia memiliki kemampuan dan ketrampilan menerima dirinya ditengah hilangnya kepercayaan diri karena tidak produktif, merasa sumber masalah keluarga, merasa tidak berguna dan pikiran-pikiran negatif lainnya.
Olehkarena itu, konsep psychological well-being menjadi salah satu solusi pengelolaan lansia Indonesia di masa depan yang semakin besar populasinya itu. Sudah saatnya kita membangun strategi budaya yang tepat agar keluarga dan lingkungan bahkan bangsa ini lebih santun lagi dalam memperlakukan kelompok rentan yang disebut lansia tersebut. Sebab, sejak dahulu sejatinya bangsa kita bermartabat karena nilai-nilai kemanusiaan yang selalu dijunjung tinggi, termasuk dalam memperlakukan para leluhur kita ini. Filosofi Jawa yang barangkali masih relevan hingga saat ini dalam menghargai orang tua adalah,”Mikul dhuwur, Mendem Jero,” yang artinya, Mengangkat kebaikan orang tua setinggi mungkin.
Isi naskah artikel yang dimuat pada Golantang seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis atau di luar tanggungjawab panitia
Sumber: golantang.bkkbn.go.id