Reportase Webinar
Penguatan Nilai Tambah Destinasi Pariwisata Berbasis Komunitas & Pemajuan Kebudayaan Dalam Konsep Medical Wellness Tourism Pada Desa Wisata Di Kabupaten Klaten
6 Februari 2024
Komunitas Pads Women ’79, Komunitas Medang Heritage Society, Yayasan Rahani, Komunitas Lindri, bekerjasama dengan PKMK FK-KMK UGM, Pemerintah Desa Malangjiwan, RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro dan RS Panti Rapih menyelenggarakan webinar berjudul “Penguatan Nilai Tambah Destinasi Pariwisata Berbasis Komunitas & Pemajuan Kebudayaan dalam Konsep Medical wellness Tourism pada Desa Wisata di Kabupaten Klaten” secara daring dan luring pada Selasa (6/2/2024). Webinar dibuka oleh Oetari Noor Permadi dari Komunitas Pads Women ’79 selaku Master of Ceremony (MC).
Kemudian dilanjutkan penyampaian laporan kegiatan oleh dr. Puspita Laksmintari, Sp.DVE dari Komunitas Pads Women ’79.
Sesi selanjutnya adalah sambutan yang disampaikan oleh Purwanto, M.Si dari Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disbudporapar) Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten berlokasi di antara dua kota besar dimana keduanya adalah kota budaya yang berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat Klaten. Disbudporapar menyambut baik terselenggaranya webinar dan program medical wellness tourism ini. Pengembangan wisata di Klaten tidak bisa hanya dilakukan oleh Dinas Pariwisata, melainkan perlu melibatkan stakeholder melalui kolaborasi pentahelix. Dengan banyaknya potensi medical wellness tourism dan pembangunan jalan tol, diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat Klaten.
Acara dilanjutkan dengan pengantar oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D selaku pakar kebijakan dan manajemen kesehatan, dan guru besar FK-KMK UGM.
Medical wellness mengkombinasikan pemeriksaan medis dengan terapi kebugaran dimana upaya mencapai wellness ini dapat dilakukan terpadu dengan aktivitas wisata dan budaya. Dalam konteks medical wellness, kita bisa mengkombinasikan preventive medicine dan lifestyle medicine yang dapat diterapkan di berbagai daerah dan budaya masyarakat. Harapannya, medical wellness ini dapat menurunkan klaim BPJS yang saat ini masih cukup tinggi dan ke depannya akan semakin banyak terbentuk pusat-pusat medical wellness sehingga mendorong gaya hidup sehat masyarakat.
Sesi 1
Sesi selanjutnya adalah sesi I berupa pemaparan, pembahasan dan diskusi.
Sesi 1 dimoderatori oleh Elisabeth Listyani, SE. MM selaku peneliti PKMK FK-KMK UGM dan drg. Rini Sunaringputri, M.Kes. dari Komunitas Pads Women ’79. Dalam sesi ini, terdapat 4 pembicara yang akan memaparkan materi dan 2 orang pembahas.
Pembicara pertama adalah Asmara Dewi, S.S., M.A dari BPK Wilayah X Prambanan dan Komunitas Lindri.
Pemajuan kebudayaan dalam konteks medical wellness di Umbul Brintik bertujuan untuk meningkatkan nilai akhirnya sebagai terapi kesehatan. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, diperlukan penjajakan terhadap ojek pemajuan untuk kemudian disampaikan ke balai pelestarian kebudayaan. Pengembangan kebudayaan di Umbul Brintik dapat dilakukan dengan memanfaatkan objek pemajuan kebudayaan berupa pengetahuan tradisional. Hal ini dinilai potensial karena adanya keterkaitan dengan pilar bumi rempah yang kini sedang digagas pemerintah. Secara umum, langkah pengembangan kebudayaan dapat dilakukan dengan membangun pusat inovasi yang mempertemukan kemajuan teknologi dengan budaya dan sinergi antara pelaku budaya dan penggerak ekonomi kreatif.
Pembicara kedua, yakni Prof. Dr. dr. Ani Retno Prijanti, M. Biomed merupakan perwakilan dari Komunitas Pads Women ’79
Medicall wellness berkaitan dengan beberapa komponen yang dikombinasikan untuk menunjang kesehatan secara holistik. Wellness dapat diupayakan melalui layanan yang tersedia di rumah sakit, institusi non rumah sakit, upaya kesehatan tradisional, dan lain sebagainya. Salah satu upaya kesehatan tradisional, yakni wisata hidroterapi yang diusung Umbul Brintik juga dapat dikembangkan sebagai medical wellness tourism. Hidroterapi dengan air yang bersifat basa bermanfaat untuk mengembalikan pH tubuh menjadi normal sehingga membuat tubuh lebih relaks. Selain itu, berendam air hangat juga membuat sirkulasi darah lebih lancar.
Pembicara ketiga, yakni dra. D.S. Nugrahani, M.A dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM dan Museum UGM memaparkan mengenai medical wellness dari warisan Kerajaan Medang.
Kerajaan Medang yang dahulu berada di Kabupaten Klaten meninggalkan banyak temuan sejarah yang dapat dikembangkan sebagai narasi medical wellness tourism di Klaten. Warisan Kerajaan Medang berupa landsekap hubungan antara makro dan mikro kosmos menggambarkan pentingnya membangun hubungan objek dengan semesta melalui keselarasan. Umbul Brintik tentunya akan semakin cantik jika memiliki landsekap yang luas. Selain itu, warisan berupa relief di Kerajaan Medang menggambarkan berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dalam beberapa relief, kita dapat menemukan gambar kolam lotus yang terkenal memiliki peranan penting, banyak kegunaan, dan menjadi ciri khas bangunan keagamaan.
Pembicara keempat, yakni Ina Minarni, S., S.iT dari Yayasan RAHANI memaparkan mengenai dimensi wellness dalam konteks pelayanan kesehatan tradisional.
Pengobatan tradisional adalah metode pengobatan yang digunakan sejak zaman dahulu secara turun temurun dan dikembangkan dari generasi ke generasi. Di beberapa negara lain, konsep kesehatan tradisional telah ditangani secara spesifik dan dipromosikan sebagai sebuah unggulan. Sementara Indonesia yang memiliki banyak potensi pengobatan tradisional, dinilai masih belum optimal pengembangannya. Oleh karena itu, diperlukan peran semua pihak untuk mengembangkan potensi pengobatan tradisional Indonesia. Adapun dalam merancang traditional medicine tourism, Umbul Brintik dapat di-branding sebagai terapi kesehatan berbasis air yang memenuhi 4 dimensi wellness, yakni mind wellness, energi wellness, physical wellness, dan food therapy wellness.
Setelah sesi pemaparan 1 berakhir, dilanjutkan dengan sesi pembahasan.
Pembahas pertama adalah dr. Widodo Wirawan, MPH dari RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Kesehatan menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah kondisi sehat secara fisik, mental, dan sosial. Saat ini, kita menghadapi tantangan sedentery life style yang mempengaruhi aspek-aspek kesehatan dan meningkatkan tren penyakit kronis dan degeneratif. Hal tersebut mendasari peningkatan kebutuhan akan wellness yang sangat besar. Wellness dapat diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik untuk pasien akut maupun kronis. Namun, pendidikan terkait medical wellness masih belum komprehensif. Forum webinar ini dinilai cukup strategis untuk meningkatkan kepahaman bersama mengenai medical wellness.
Pembahas kedua, yakni Prof. Dr. Yuli Widyastuti, MP dari BRIN dan Komunitas Lindri
Saat ini, mulai berkembang berbagai wisata berbasis budaya, salah satunya mengaitkan budaya dengan kesehatan. Pada 2023, terjadi lonjakan pemasukan dari sektor pariwisata yang menunjukkan adanya kesempatan sektor ini dapat menjadi potensi strategis pengembangan daerah. Ada dua kata kunci yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wisata, yaitu pelestarian dan pengembangan. Sebagai contoh di Umbul Brintik, adanya budaya minum jamu dan peninggalan sejarah berkaitan dengan budaya kesehatan masyarakat di wilayah Medang dapat diilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang infrastruktur pariwisata.
Sesi 2
Sesi 2 dimoderatori oleh Israr Ardiansyah, M.Sc dari Komunitas Medang Heritage Society dan dr. Caraka Anto Yuwono, MM dari Rumah Sakit Panti Rapih. Pada sesi ini, ada 4 pembicara yang akan memaparkan materi dan 2 pembahas.
Pembicara pertama adalah dr. I Gede Wiryana Patrajaya, M.Kes dari Bali Medical Tourism Association (BMTA) memaparkan mengenai medicall wellness tourism berbasis komunitas dan budaya di Bali.
Health tourism adalah perjalanan seseorang dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan kesehatan yang dilengkapi dengan tourism. Regulasi yang mengatur medical tourism secara nasional adalah Permenkes Nomor 76 Tahun 2015, sementara secara regional di Bali terdapat Peraturan Daerah Bali Nomor 5 dan 6 Tahun 2020 serta Keputusan Gubernur. BMTA dibentuk mulanya dari pengalaman pribadi dan kebutuhan akan komunitas untuk mewadahi health tourism di Bali. BMTA mengintegrasikan antara medis dan wellness dengan tourism di bawah profesional kesehatan. Diantara tantangan yang dihadapi BMTA adalah standar layanan internasional, regulasi, dan pemasaran.
Pembicara kedua, yakni Goenawan A. Sambodo, S.S., M.T dari Komunitas Medang Heritage Society memaparkan mengenai potensi Klaten dalam perspektif sejarah dan arkeologi.
Perilaku orang berwisata terus berubah dari masa ke masa, salah satunya dengan berkembangnya health tourism dan wellness tourism sebagai pariwisata minat khusus. Di bagian barat Klaten, terdapat banyak berpotensi untuk dijadikan wisata minat khusus. Benda-benda peninggalan sejarah seperti 22 prasasti yang ditemukan di Klaten barat dapat dinarasikan untuk menambah nilai wisata minat khusus. Selain itu, budaya terkait makanan, pengolahan makanan, upacara seperti ‘nyadran’ dan ‘bersih umbul’ juga dapat diangkat menjadi suguhan menarik bagi wisatawan minat khusus. Bukan hanya orang sakit, namun orang sehat juga butuh menyehatkan diri secara mental salah satunya melalui health tourism.
Pembicara ketiga, yakni dr. Puspita Laksmintari, Sp.DVE dari Komunitas Pads Women ’79 dan Komunitas Lindri memaparkan mengenai medical wellness tourism sebagai upaya pengembangan pariwisata berbasis komunitas dan pemajuan kebudayaan di Klaten.
Medical wellness tourism merupakan perjalanan wisata untuk mendapatkan pelayanan kesehatan konvensional dan tradisional dengan pendekatan kesehatan yang holistik. Dalam pengembangan medical wellness tourism, diperlukan pembangunan ekosistem medical wellness tourism dengan langkah perencanaan didasarkan pada 4 pilar pariwisata. Kabupaten Klaten kaya akan potensi wisata yang didukung oleh topografi, geografis, dan sejarah peninggalannya. Harapannya desa wisata Malangjiwan dapat menjadi pioner desa wisata dengan pengembangan berbasis pentahelix.
Pembicara keempat adalah Suprianto selaku Lurah Desa Malangjiwan, Kebon Arum, Klaten
Desa Malangjiwan memiliki visi sebagai desa yang gemah ripah loh jinawi, makmur, sejahtera sehat masyarakatnya dan kuat pemerintahannya dengan slogan ikhlas, trengginas, cerdas, bergas, dan tuntas. Selain itu, Malangjiwan juga membantuk Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) untuk mendukung pembangunan daerah melalui sektor pariwisata. Potensi destinasi pariwisata yang dapat disuguhkan diantaranya potensi Spa etno and beauty melalui hidroterapi dan pijat; healthy culinary berupa produksi “gulanas” dan pecel gendar wader; herbal and traditional medicine yakni jamu; art and events berupa kesenian kenthongan, wayang kulit, kirab budaya, dan festival umbul; serta eco forest and nature yang berupa wisata Umbul Brintik dan Umbul Bethek.
Sesi selanjutnya adalah pembahasan, yang disampaikan oleh pembahas pertama yaitu dr. Amelia Kartika, Sp. KFR dari Rumah Sakit Panti Rapih.
Pembahas pertama adalah dr. Amelia Kartika, Sp. KFR dari Rumah Sakit Panti Rapih.
Medical tourism sudah sangat berkembang dan terstruktur di Bali. Tentu saja hal tersebut perlu dimulai dengan persiapan yang matang dimulai dengan menjajaki potensi, terus melakukan perbaikan, mengatasi thread, melihat peluang dan kesempatan, memastikan regulasi yang akan menaungi medical tourism, dan promosi. Wellness berkaitan dengan body, mind, and soul atau kesehatan secara holistik sehingga kegiatan yang dapat dilakukan dalam medical wellness ini sangat banyak. Dalam implementasi, medical wellness mengintegrasikan traditional dan modern medicine. Umbul Brintik sebagai tempat wisata di Desa Malangjiwan dapat diusung sebagai wisata hidroterapi. Hal ini juga perlu didukung dengan penelitian terukur dan fasilitas pendukung. Selain itu, kekayaan warisan kebudayaan Medang juga dapat diangkat sebagai narasi menarik untuk mendukung pariwisata di Umbul Brintik.
Pembahas kedua adalah Erwan Widyarto selaku Pemerhati & Juri Desa Wisata Jateng, DIY.
Pelaksanaan wellness tourism sesuai dengan 4 tren pariwisata yang dikeluarkan oleh Kemenparekraf. Wellness tourism di Malangjiwan ini memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan. Namun ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu pengembangan desa wisata berbeda dengan wisata desa. Dalam pengembangan desa wisata, diperlukan pemaketan desa wisata yang berkarakter dan memiliki nilai keunikan yang tinggi, disertai data mengenai dampak pengembangan, dan kolaborasi dari semua unsur. Adapun saran pengembangan desa wisata ini meliputi pihak desa perlu menguatkan wellness tourism melalui kebijakan atau peraturan desa, pengembangan UMKM, dan mengagendakan kegiatan rutin untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan wellness tourism, serta mengelola sampah secara benar dan berkelanjutan.
Sebelum sesi pembahasan berakhir, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc selaku guru besar arkeologi UGM memberikan tanggapannya mengenai kegiatan ini.
Prof. Timbul sangat menghargai kegiatan ini terutama berkaitan dengan kegiatan masyarakat pedesaan. Dalam hal pariwisata, ada beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan, yakni kesamaan ideologi yang menanamkan bahwa objek wisata Umbul Brintik merupakan kebanggaan desa, edukasi dan ekonomi sehingga ada semua aspek tersebut tetap bisa berjalan seimbang. Selain itu, nilai-nilai peninggalan kebudayaan di Klaten tentunya menjadi nilai tambah bagi pengembangan potensi wisata disana.
Repoter: Mashita Inayah (PKMK UGM)