Webinar
Potensi dan Peluang Pengembangan Medical Wellness Tourism di Indonesia
Rabu, 15 November 2023
Medical wellness memang masih sangat awal, namun telah diinisiasi di Bali dengan berbagai produk yang ditawarkan. Tidak hanya Bali, namun wilayah lain di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan medical wellness. Melihat potensi tersebut, Pusat Pariwisata UGM berkolaborasi dengan PKMK FK-KMK UGM menyelenggarakan webinar Potensi dan Peluang Pengembangan Medical Wellness Tourism di Indonesia. Diawali dengan pembukaan dari Dr. Muh. Yusuf, Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM yang menyampaikan bahwa Indonesia memiliki banyak sekali potensi untuk mengembangkan medical wellness tourism. Setiap daerah memiliki potensi yang unik dan potensial namun belum dikemas dengan baik sehingga belum dapat dikembangkan. Maka dalam webinar ini akan dibahas mengenai berbagai potensi tersebut.
Paparan pertama disampaikan oleh dr. Then Suyanti, MM (Direktur Tata Kelola Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan) tentang Wellness Tourism, Potensi dan Pengembangan di Indonesia melalui Pelayanan Kesehatan Tradisional. Dari sisi regulasi, wisata kesehatan telah ditetapkan dengan Permenkes Nomor 76 / 2015 tentang Pelayanan Wisata Medis dan Keputusan Bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Kesehatan Nomor SK/13/HK.01.02/MK/2022 Nomor HK.01.08/Menkes/637/2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Wisata Kesehatan Indonesia. Indonesia memiliki potensi sebagai negara kepulauan dan memiliki kekayaan alam yang indah, pariwisata di Indonesia saat ini berkembang pesat seiring dengan perkembangan industri global, terdapat 31 RS yang sudah terakreditasi internasional (JCI), SPA dan pengobatan tradisional (jamu) sudah terkenal, tersedia 15 Griya Sehat sebagai fasyankestrad, serta 16 RS dan 250 puskesmas yang menyelenggarakan yankestrad, serta tersedia perguruan tinggi dengan pendidikan kestrad yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan tradisional serta adanya nakes yang memiliki kompetensi kestrad. Di satu sisi, preferensi fasyankes yang diminati wisatawan diantaranya harga pelayanan relatif murah dan berkualitas, transparan, hospitality, pelayanan terintegrasi, memanfaatkan teknologi terkini, dan yang menawarkan sarana rekreasi. Melihat hal tersebut, strategi pengembangan untuk wisata kesehatan adalah pemenuhan sarana prasarana dengan kualitas bintang 5, pemenuhan alkes dengan teknologi terkini, peningkatan kompetensi tenaga medis dan tenaga kesehatan, serta peningkatan keramahtamahan.
Selanjutnya, disampaikan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (Staf Khusus Menteri Kesehatan bidang Ketahanan (Resiliency) Industri Obat dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI) mengenai Wisata Kesehatan di Indonesia, dari Konsep ke Realitas. Regulasi wisata kesehatan di Indonesia berdasar Permenkes Nomor 76 / 2015 tentang Pelayanan Wisata Medis diperuntukkan bagi orang sakit, sementara itu Keputusan Bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Kesehatan Nomor SK/13/HK.01.02/MK/2022 Nomor HK.01.08/Menkes/637/2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Wisata Kesehatan Indonesia diperuntukkan bagi orang sehat. Berbicara mengenai wellness, GWI mendefinisikan wellness sebagai pencarian secara aktif terhadap aktivitas, pilihan, dan gaya hidup yang mengarah pada kesehatan holistik. Namun terdapat perbedaan utama dengan medical wellness yaitu perlu dijustifikasi secara medis dan disupervisi, serta pengukurannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan individu. Medical wellness merupakan bagian dari ekonomi wellness dengan besaran pasar wellness sebesar USD 5.6 trillion pada 2022. Pasar global medical wellness tidak hanya merupakan konsep, namun pasar ini bertumbuh. Medical wellness di Indonesia mengadopsi 4 fase model VAMED, yaitu pra kedatangan, kedatangan, pascakedatangan/monitoring, dan reevaluasi. Dengan menggunakan model VAMED, medical wellness dikelola oleh entitas bisnis. Proses bisnis medical wellness melalui 2 pintu yaitu admisi melalui resor dan admisi melalui rumah sakit dengan berbagai layanan yang diberikan seperti MCU, kecantikan, kebugaran, kesehatan mental, dan lain-lain. Realitas di Indonesia, medical wellness masih dalam tahap sangat awal dan masih perlu mengejar perkembangan di negara lain. Visi ke depan medical wellness sebagai layanan promotif dan preventif masih akan dikembangkan di seluruh lokasi wisata di Indonesia dan juga mendorong gaya hidup sehat untuk seluruh masyarakat.
Paparan berikutnya disampaikan oleh Arya Galih Anindita (Ketua Tim Kerja Wisata Minat Khusus 2 (Wisata Kesehatan, Wisata Kuliner/Gastronomi dan Ekowisata), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia. Terdapat quick win Kemenparekraf untuk mendukung wisata kesehatan dengan intensifikasi worth of mouth melalui branding and campaign, diversifikasi dan penguatan produk dengan mempertemukan healthcare providers dengan travel/tourism providers, serta pembentukan dan pengoperasian Indonesia Health Tourism Board (IHTB) dengan mendorong terbentuknya Badan Pengelola Wisata Kesehatan pada masing-masing daerah. Berbagai upaya telah dilakukan Kemenparekraf dengan membentuk logo health tourism yang telah diinfokan secara resmi kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, kampanye #SehatdanBugardiIndonesiaAja, berbagai konferensi, serta perjanjian kerjasama dengan GWI untuk mempromosikan wellness tourism Indonesia. Dukungan Kemenparekraf untuk medical wellness dari sisi kategori dengan mengintegrasikan medical wellness dalam sub-kategori daya tarik wisata kesehatan Indonesia, serta dari sisi promosi melalui media sosial maupun pertemuan dalam dan luar negeri yang diikuti, seperti B2B meeting, exhibition, dan conference.
Kemudian Prof. Ir. Tarcicius Yoyok Wahyu Subroto, M.Eng., Ph.D., IPU (Tenaga Ahli Pusat Studi Pariwisata UGM) membahas mengenai Pilar Potensi serta Peluang Pengembangan Wellness Tourism di Indonesia. Fenomena meningkatnya kepedulian akan kesehatan usai pandemi COVID-19 dinilai sebagai bukti bahwa wellness tourism menjadi salah satu industri yang tangguh, inklusif, dan responsif terhadap krisis, yang mana Indonesia memiliki potensi pasar yang besar terkait wellness tourism global. Pengembangan wisata kebugaran diharapkan turut meningkatkan kunjungan pelancong mancanegara/domestik maupun nilai tambah industri ekraf. Pariwisata inklusif identik dengan pariwisata transformatif. Terdapat tren ceruk pariwisata inklusi yang mana wisatawan generasi baru melakukan liburan setiap tahunnya dengan dominasi gen Z yang berorientasi pada era mobile first and digital savvy. Terdapat pula relasi kebudayaan dan wellness dalam pariwisata dengan karakter penting bahwa budaya adalah warisan, proses sosial, dan proses transmitif. Berbagai unsur akses, atraksi, dan amenitas dalam pariwisata inklusif dengan konteks pariwisata budaya dan kesehatan. Dengan demikian, kata kunci wellness tourism adalah Local Wisdom; Health, Hygiene, Safety, dan Security. Ke depannya, wellness tourism menjadi potensi yang sangat menjanjikan. (EL)