Overview: Health Tourism di Indonesia
7 Maret 2024
Tim Tata Kelola Sistem Rujukan, Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan telah menyelenggarakan Workshop Pengembangan Pelayanan Wisata Medis di Rumah Sakit, pada 6 – 8 Maret 2024 di Bogor, Jawa Barat. Beberapa narasumber dari Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Kedokteran Wisata Kesehatan Indonesia (Perkedwi), Asosiasi Wisata Medis Indonesiasi (AMWI), Bali Medical Tourism Association (BMTA), Bali International Medical Center, RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, dan RS Premier Bintaro.
Pada reportase kali ini lebih menyoroti pada overview medical wellness di Indonesia dan pengembangannya di Bali. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (Staf Khusus Menteri Kesehatan bidang Ketahanan (Resiliency) Industri Obat dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI) memberi gambaran medical wellness merupakan layanan preventif menggabungkan pemeriksaan medik dan terapi kebugaran. Layanan ini memerlukan justifikasi medis dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Sebagai contoh, kasus di Bali yang merupakan salah satu dari banyak tempat wisata dimana dapat dikembangkan medical wellness. Medical wellness ini sangat terkait dengan tempat wisata dan regulasinya menggunakan Keputusan Bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Kesehatan Nomor SK/13/HK.01.02/MK/2022 Nomor HK.01.08/Menkes/637/2022. Saat ini pelayanan rumah sakit didorong pada pelayanan primer semaksimal mungkin.
Overview medical wellness di Bali ini menggunakan metode Porter’s Five Forces, yang mana persaingan saat ini cukup banyak pemain di Bali. Penempatan konsep mulai dari kelompok wellness spa, wellness retreat, holistic, integrative, sampai ke preventive medicine dengan penempatan target mulai dari sederhana sampai sangat mewah. Kemudian, dari sisi kekuatan tawar pemasok terkait SDM menunjukkan masih lemah, yang mana fakultas kedokteran belum mempunyai kompetensi tambahan untuk medical wellness. Dokter-dokter yang praktek di klinik-klinik kecantikan di Bali kebanyakan mengikuti kursus di Bangkok dan Singapura. Terdapat kesan ada halangan bagi dokter di Indonesia untuk mendapatkan kompetensi tambahan, sementara poltekkes belum banyak memiliki jurusan yang benar-benar menghasilkan SDM dengan level sangat ahli di bidang wellness. Contoh di Bangkok, seperti RS Mahidol memiliki kursus formal misal untuk massage selama 4 tahun. Dibanding Thailand, produksi SDM untuk medical wellness masih sangat lemah, kurikulum belum sesuai dengan kebutuhan industri medical wellness, belum ada tempat pelatihan untuk dokter umum yang mendapat tambahan kompetensi wellness. Kekuatan tawar pembeli cukup banyak seperti wisatawan yang datang ke Bali memang untuk melakukan pemeriksaan medik atau tujuan utama berwisata sambil melakukan pemeriksaan medik. Ancaman produk atau jasa pengganti cukup banyak seperti layanan spa atau traditional healer. Lalu ancaman pendatang baru sudah cukup banyak yang akan masuk ke Bali bahkan ada yang menggandeng operator lokal.
Masih terkait dengan medical wellness di Bali, dr. I Gede Wiryana Patrajaya, M. Kes (BMTA) memaparkan percepatan pengembangan health tourism di Bali. Menggunakan strategi SWOT, kesempatan untuk mengembangkan medical wellness dapat sebagai percepatan pengembangan health tourism di Bali. BMTA merupakan organisasi independen dibawah Bali Tourism Board yang keduanya saling berkolaborasi untuk mempromosikan layanan medik dan wisata dengan menggerakkan pentahelix. Dari sisi akademisi terdapat berbagai universitas, sisi bisnis tidak hanya menggandeng rumah sakit dan klinik namun juga hotel dan resor, serta agen perjalanan. Kemudian dari sisi pemerintah terdapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Bali, dari sisi komunitas terdapat berbagai perhimpunan kesehatan maupun pariwisata, serta dari sisi media terdapat berbagai media cetak, elektronik, dan sosial yang bekerja sama.
Medical wellness dengan faktor protektif untuk tren pelayanan kesehatan seperti nutrisi, aktivitas fisik, manajemen stres, restorative sleep, koneksi sosial, serta penghindaran resiko rokok dan alkohol yang menyebabkan penyakit kronik mulai dikembangkan di Bali. Berbagai paket medical wellness tourism telah diluncurkan oleh operator-operator di Bali, seperti MCU dan wellness, layanan kebugaran geriatri, kecantikan, gigi, wellness retreat, detox infusion, stem cell therapy, nutrigenomic. Layanan tersebut dilakukan di rumah sakit dan klinik lalu dilanjutkan di hotel atau resor dengan paket kebugaran. Diharapkan penggunanya melakukan pembelian berulang dan mengagendakan wellness retreat tahunan di Bali. (EL)