Kerangka Acuan Kegiatan
Penguatan Nilai Tambah Destinasi Pariwisata Berbasis Komunitas & Pemajuan Kebudayaan Dalam Konsep Medical Wellness Tourism pada Desa Wisata di Kabupaten Klaten
Selasa, 6 Februari 2024
Pukul. 09.00-12.00 WIB
LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dengan aktivitas yang fasilitasnya disediakan oleh berbagai unsur yang ada di masyarakat, pengusaha sebagai pelaku industri, maupun oleh pemerintah.. Pariwisata menjadi kegiatan orang-orang dalam sementara waktu yang pendek, ke tempat-tempat tujuan di luar tempat orang tersebut tinggal atau bekerja. Pariwisata juga diartikan sebagai kegiatan meninggalkan tempat asal untuk tujuan menjadikan diri sebagai konsumen dari peradaban budaya dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan hidup.
Pariwisata Berbasis Komunitas (Community Based Tourism/ CBT) merupakan konsep pariwisata yang turut mengikutsertakan peran aktif masyarakat lokal untuk mengelola pariwisata di daerah asal mereka dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan dan budayanya. Konsep CBT ini penting untuk diterapkan dalam upaya pengembangan pariwisata di destinasi yang memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan dan peran serta masyarakat lokal yang besar, seperti di desa wisata. Kemunculan konsep ini sebagai bentuk alternatif pariwisata yang didominasi oleh pariwisata massal yang menimbulkan banyak masalah di destinasi pariwisata karena diklaim membawa dampak negatif yang condong mengeksploitasi sumberdaya ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan di destinasi pariwisata. Konsep asal CBT berkaitan dengan konsep keberlanjutan, pemberdayaan,dan kemandirian (Giampiccoli dan Kalis 2012: 174). Para ahli menggunakannya sebagai istilah to describe a variety of activities that encourage and support a wide range of objectives in economic and social development and conservation. Oleh sebab itu ia juga diartikan sebagai tipe pariwisata yang menitikberatkan keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya ke dalam satu kemasan. Ia dikelola dan dimiliki oleh dan untuk masyarakat dengan tujuan untuk memungkinkan pengunjung meningkatkan kesadaran dan belajar tentang masyarakat dan cara hidup masyarakat lokal. Penekanan pada peran komunitas lokal dalam CBT menjadikannya sebagai pariwisata yang memperhitungkan dan menempatkan keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh komunitas, serta untuk komunitas. Sejumlah ahli mencoba menerjemahkan prinsip tersebut sebagai berikut 1) sangat tergantung pada konservasi alam dan mampu mencegah degradasi lingkungan. Disini diasumsikan bahwa CBT mengandalkan keunikan lingkungan sebagai atraksi pariwisata, 2) terciptanya lapangan pekerjaan di bidang pariwisata dengan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal melalui keuntungan usaha dan kesempatan kerja, mengentaskan kemiskinan, memulihkan kondisi ekonomi dan memperbaiki infrastruktur, 3) memposisikan masyarakat sebagai pemeran partisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata, 4) berdasar pada prinsip edukasi (pendidikan)/sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas SDM lokal melalui program pelatihan dan pendidikan, mendukung organisasi masyarakat lokal dalam hal meningkatkan kapasitas, membangun jejaring dan keterlibatan mereka dalam pengembangan pariwisata di daerahnya dan memungkinkan terciptanya tata kelola kepariwisataan yang baik melalui keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan di segala tingkatan, 5) mempertahankan unique values yang berupa adat istiadat, upacara tradisional, kepercayaan, seni pertunjukan tradisional, seni kerajinan khas yang dimiliki oleh masyarakat lokal, menyelami living culture masyarakat setempat.
Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Pengertian kebudayaan yang paling netral, ramah, dan terbuka, yakni “segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat”. Sehingga, kebudayaan nasional diartikan sebagai “keseluruhan proses dan hasil interaksi antar kebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia.” Undang–Undang Nomor 5 Tahun 2017, Tentang Pemajuan Kebudayaan, mengakui dan menghargai keragaman budaya masyarakat Indonesia. Artinya, UU Pemajuan Kebudayaan tidak hanya membahas wujud-wujud yang tampak dari kebudayaan—seperti alat maupun bangunan – tapi turut memperhitungkan proses hidup masyarakat yang melatari lahirnya setiap produk dan praktik kebudayaan, menempatkan masyarakat sebagai pemilik dan penggerak kebudayaan nasional, mensyaratkan penyusunan pokok pikiran kebudayaan yang berisi kondisi dan permasalahan nyata yang dihadapi di daerah masing-masing beserta tawaran solusinya. Dalam semua proses itu, negara lebih berperan sebagai pendamping masyarakat dan hadir sebagai regulator yang mewadahi partisipasi dan aspirasi seluruh pemangku kepentingan. Berdasarkan rancangan-rancangan tersebut, negara bersama masyarakat bersama-sama mengupayakan pemajuan kebudayaan, dari tingkat lokal hingga nasional. Selanjutnya, kebudayaan semestinya tidak dipandang sebagai salah satu sektor pembangunan, tapi justru sebagai tujuan dari semua sektor pembangunan dan sebagai pondasi pembangunan. Kebudayaan mendorong pembangunan dengan cara membentuk mentalitas dan wawasan masyarakat yang diperlukan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kebudayaan juga memberdayakan pembangunan, karena menghadirkan sikap dan perspektif yang mengutamakan keselarasan antara manusia dan lingkungannya. Sikap dan perspektif berlandaskan kesadaran budaya akan menjaga pembangunan, sehingga tidak menguras habis kekayaan alam ataupun meminggirkan kaum lemah demi akumulasi ekonomi bagi segelintir orang. Dalam agenda obyek pemajuan kebudayaan yang diamanatkan dalam Undang – undang berupa tindakan yang dilakukan terhadap objek pemajuan kebudayaan meliputi : inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan penyelamatan, dengan peran serta aktif dari setiap warga negara. Sepuluh objek pemajuan kebudayaan tersebut meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
Medical-wellness tourism adalah suatu wujud dari pariwisata dengan minat khusus. Indonesia merupakan negara yang akan kekayaan alam, tradisi adat istiadat yang beraneka ragam, serta berbagai pengobatan tradisional. Pemanfaatan sumber daya alam sebagai pengobatan telah diwariskan secara turun-temurun. Berbagai potensi sumber daya pengobatan tradisional tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya yang didukung dengan basis ilmiah kesehatan agar bisa diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mampu bersaing di pasar global. Tahun 2012 menjadi tonggak dikembangkannya wisata kesehatan/health tourism di Indonesia. Health tourism merupakan perpaduan antara Medical Tourism dan Wellness Tourism. Medical Tourism adalah perjalanan wisata untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Wellness Tourism adalah perjalanan wisata untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (tradisional) yang menggunakan pendekatan holistik untuk pemeliharaan kesehatan dan bersifat promotif – preventif. Berbicara mengenai medical wellness, disini menggabungkan diagnosis medis dan teknik terapeutik dengan elemen kesehatan. Perbedaan utama dari program wellness secara umum adalah medical wellness perlu dijustifikasi secara medis dan disupervisi, serta pengukurannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Medical wellness dapat dikembangkan di area destinasi wisata di Indonesia yang berpotensi, salah satunya di Jawa Tengah. Kabupaten Klaten berada di Provinsi Jawa Tengah, terletak diantara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75 hingga 160 meter di atas permukaan laut; yang terbagi menjadi wilayah Lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan berbukit di bagian selatan. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta. Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping sebagai penghasil kapur, batu kali, dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi. Selain potensi alam, sejarah menyebutkan bahwa Kerajaan Medang atau disebut Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan thalasokrasi yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke 8 kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke 10 Masehi. Kerajaan yang cukup makmur ini terlihat memiliki seni dan arsitektur Jawa klasik tercermin dalam pertumbuhan pembangunan candi bercorak Hindu maupun Buddha, sehingga Kerajaan Medang dikenal sebagai negeri pembangun candi dengan mahakarya candi Borobudur dan candi Prambanan yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu Situs Warisan Dunia dan menjadi kebanggaan nasional bangsa Indonesia. Kerajaan Medang memiliki tapak kebudayaan di daerah Klaten dengan ditemukannya berbagai macam tapak sejarahnya. Selanjutnya, Kabupaten Klaten mendapatkan julukan sebagai “ kota dengan seribu mata air dan seribu candi “.
Desa wisata di Klaten berkembang pesat dalam tiga tahun terakhir. Hingga 2023 ini, total ada 35 desa wisata dari 391 desa di Kabupaten Bersinar. Jumlah itu merupakan desa wisata yang sudah mendapatkan surat keputusan (SK) bupati; mayoritas masuk klasifikasi desa wisata rintisan (21) , desa wisata berkembang (sembilan desa) dan desa wisata yang sudah masuk klasifikasi maju (lima desa) dengan salah satu kriteria sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal dan dikunjungi banyak wisatawan termasuk wisatawan mancanegara. Tak hanya pengelola, desa wisata perlu dukungan dari masyarakat setempat dengan sadar tentang penerapan sapta pesona yang terdiri dari unsur keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan ketenangan.
Sebuah webinar mengenai seluk beluk penggalian nilai tambah desa wisata di Kabupaten Klaten, dalam pemikiran pemberdayaan pariwisata berbasis masyarakat serta pemajuan kebudayaan, dalam dalam konsep Medical Wellness Tourism, diperlukan untuk mendorong program-program pariwisata desa wisata yang memiliki dampak global.
TUJUAN
Umum
Memperkuat nilai tambah destinasi pariwisata berbasis komunitas & pemajuan kebudayaan dalam konsep Medical Wellness Tourism pada desa wisata di Kabupaten Klaten.
Khusus
- Mendiskusikan konsep Medical Wellness Tourism berbasis komunitas dan pemajuan kebudayaan.
- Mendiskusikan nilai tambah kebudayaan dan sejarah di Kabupaten Klaten.
- Mendiskusikan potensi desa wisata Malangjiwan, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten.
BENTUK KEGIATAN
Webinar, platform hybrid dengan tema: Penguatan Nilai Tambah Destinasi Pariwisata Berbasis Komunitas & Pemajuan Kebudayaan Dalam Konsep Medical Wellness Tourism pada Desa Wisata di Kabupaten Klaten.
Penyelenggara bersama Komunitas Pads Women Tujuh Sembilan, Komunitas Medang Heritage Society, Yayasan Rahani, Komunitas Lindri, bekerjasama dengan PKMK FK-KMK UGM, Puspar UGM, Pemerintah Desa Malangjiwan, RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro dan RS Panti Rapih.
WAKTU PELAKSANAAN
Hari, tanggal : Selasa, 6 Februari 2024
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB
Zoom link : https://bit.ly/medwell-6-Februari-2024
ID Zoom : 865 9632 3137
Password : WELLNESS
Streaming : PKMK FK-KMK CH 1
TARGET PESERTA
- Pemerintah daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota)
- Pengelola rumah sakit dan klinik
- Pengelola resort dan spa
- Organisasi pelaku pariwisata
- Pemerhati pariwisata
- Praktisi
- Akademisi
- Mahasiswa
- Seluruh peminat pengembangan medical wellness di Indonesia
- Masyarakat umum
SUSUNAN ACARA
Waktu (WIB) |
Durasi | Topik | Narasumber |
08.30-09.00 | 30’ | Pra Acara (Broadcasting) | Tim Unit Publikasi PKMK FK-KMK UGM |
09.00-09.02 | 2’ | Pembukaan Acara |
Host : Oetari Noor Permadi (Komunitas Pads Women ‘79) |
09.03-09.05 | 3’ |
Laporan Ketua Panitia |
dr. Puspita Laksmintari, Sp.DVE (Komunitas Pads Women ‘79, Lindri) |
09.05-09.10 | 5’ | Sambutan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten | Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Klaten* |
09.10-09.15 | 5’ | Pengantar Webinar Penguatan Nilai Tambah Destinasi Pariwisata Berbasis Komunitas & Pemajuan Kebudayaan Dalam Konsep Medical Wellness Tourism pada desa Wisata |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (Guru Besar FK-KMK UGM dan Pakar Bidang Kebijakan Kesehatan) |
SESI 1 |
Moderator : Elisabeth Listyani, SE, MM (PKMK FK-KMK UGM) drg. Rini Sunaringputri, M.Kes (Komunitas Pads Women ‘79) |
||
09.15-09.30 | 15’ |
Upaya Pelestarian Kebudayaan (Desa Wisata) Indonesia Sebagai Obyek Pemberdayaan Pariwisata Berbasis Komunitas |
Asmara Dewi S.S. MA (BPK Wilayah X Prambanan, Komunitas Lindri) |
09.30-09.45 | 15’ |
Penjelasan Ilmiah Medical Wellness |
Prof. Dr. dr. Ani Retno Prijanti, M. Biomed (Komunitas Pads Women ‘79) |
09.45-10.00 | 15’ |
Medical Wellness: Warisan di Era Kerajaan Medang |
dra. D.S. Nugrahani, M.A (Arkeologi FIB UGM, Museum UGM) |
10.00-10.15 | 15’ |
Dimensi Wellness dalam Kesehatan Tradisional |
Ina Minarni, S., S.iT (Yayasan RAHANI) |
10.15-10.20 | 5’ | Pembahasan |
|
10.15-10.30 | 10’ | Diskusi | |
SESI 2 |
Moderator : Israr Ardiansyah, M.Sc (Komunitas Medang Heritage Society) dr. Caraka Anto Yuwono, MM (RS Panti Rapih) |
||
10.30-10.45 | 15’ |
Medical Wellness Tourism Berbasis Komunitas dan Budaya di Bali ( Best Practice ) |
dr. I Gede Wiryana Patrajaya, M. Kes (Bali Medical Tourism Association) |
10.45-11.00 | 15’ |
Potensi Klaten dalam Perspektif Sejarah & Arkeologi |
Goenawan A. Sambodo, S.S., M.T (Komunitas Medang Heritage Society) |
11.00-11.15 | 15’ |
Upaya Pengembangan Medical Wellness Tourism Desa Wisata di Klaten: Pariwisata Berbasis Komunitas dan Pemajuan Kebudayaan |
dr. Puspita Laksmintari, Sp.DVE (Komunitas Pads Women ‘79, Komunitas Lindri) |
11.15-11.30 | 15’ |
Cerita dari Desa Malangjiwan, Kebonarum, Klaten |
Suprianto (Lurah Desa Malangjiwan Kebonarum, Klaten) |
11.30-11.35 | 5’ | Pembahasan |
|
11.35-11.45 | 10’ | Diskusi | |
RANGKUMAN DAN PENUTUP | |||
11.45-11.50 | 5’ | Rangkuman |
Tim Perumus : Novo Indarto (Komunitas Medang Heritage Society) Ir. Sarworini, M.Si (Komunitas Pads Women’ 79) Ispriyantomo, SE (Yayasan Rahani) |
11.50-12.00 | 10’ |
“Hidroterapi sebagai Program Mendukung Medical Wellness” |
dr. Amelia Kartika, Sp. KFR (RS Panti Rapih) |
12.00 | Penutup |
Host : Oetari Noor Permadi (Komunitas Pads Women ‘79) |
*Tentatif
Budiono Santoso
| #
Mohon diberikan waktu diskusi sebelum ditutup sekitar 30 menit agar disepakati langkah2 lebih lanjut. Nuwun budiono santoso
Reply
Medical Wellness
| #
Akan ada acara post meeting luring dengan waktu diskusi 40 menit, di dahului ishoma ramah tamah dan side visit Hidrotherapi
Reply
Fitri
| #
Webinar ini ada sertifikat nya g ya
Reply
Fitria
| #
Sangat bermanfaat
Reply
Yuliati
| #
Sangat bermanfaat dan Kereeen Medical welness ..sangat menarik utk mendukung Wisatawan berkunjung ke destinasi Wisata. Acara ini apakah bisa diikuti utk umum utk offline atau online salam Wobderful Indonesia
Reply
drg. Hermiati Atas Purwandari, MM, Dipl.Cidesco, Dipl. SPA CIBTAC
| #
Mohon dibantu share materi dari para narasumber yang berbicara di kegiatan webinar Wellness Medicine di atas. Terimakasih
Reply
Medical Wellness
| #
silakan berikut linknya: https://medicalwellness-indonesia.net/2024/02/07/reportase-webinar-penguatan-nilai-tambah-destinasi-pariwisata-berbasis-komunitas-pemajuan-kebudayaan-dalam-konsep-medical-wellness-tourism-pada-desa-wisata-di-kabupaten-klaten/
Reply