Pengembangan Konsep Medical Tourism dan Pusat Wellness di Kawasan Lawu
TNA
Siapa tak kenal dengan keindahan dan kesejukan kawasan pegunungan di kaki Lawu? Gunung Lawu sendiri memiliki ketinggian sekitar 3.265 mdpl, terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur.
Gunung ini memiliki begitu banyak potensi istimewa yang dalam konteks kedokteran preventif dapat menjadi sumber daya bagi proses optimasi kualitas hidup manusia. Alam yang indah dan nyaman untuk berwisata, keragaman hayati yang sedemikian beragam dan memiliki banyak kandungan yang dapat dimanfaatkan, cuaca yang amat bersahabat, dan tradisi kuliner yang tak hanya nikmat, melainkan juga sehat.
Lawu memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Selain itu Lawu juga memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah.
Beberapa air terjun, telaga, dan situs budaya juga ada di sana. Demikian pula kawasan pertanian, perkebunan (termasuk kebun dan pusat penelitian tanaman obat), dan hutan konservasi ada di sana. Sungguh suatu ekoregion yang memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan menjadi pusat medical tourism dalam konteks wellness dan holistic treatment. Ada konsep leisure, edukasi, pengayaan spiritual, dan pengalaman inderawi luar biasa yang bisa didapatkan dan dirasakan di sana.
Izinkan saya sedikit memberi masukan terkait konsep medical tourism ataupun pariwisata kesehatan terpadu yang bersifat menunjang kebugaran, kesyukuran hidup yang berkorelasi dengan kesejahteraan batin, dan pendekatan spiritual yang dapat menjadi rujukan pengembangannya.
Konsep medical tourism yang berorientasi pada wellness dan pencegahan penyakit melibatkan integrasi perawatan medis yang komprehensif dengan program-program kesehatan yang bertujuan untuk mendorong gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan secara umum. Berikut adalah beberapa model layanan yang dapat dilakukan dalam konsep tersebut (health holistic care) dengan referensi sebagai bahan bacaan lanjutnya;
Pemeriksaan Kesehatan Komprehensif:
Model layanan ini melibatkan pemeriksaan kesehatan menyeluruh yang mencakup serangkaian tes dan evaluasi medis untuk mendeteksi risiko penyakit, mengukur kesehatan secara keseluruhan, dan memberikan rekomendasi untuk perawatan dan perubahan gaya hidup. Pemeriksaan kesehatan ini sering kali melibatkan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, pencitraan medis, dan konsultasi dengan dokter spesialis. Tujuannya adalah untuk mendeteksi penyakit secara dini dan mempromosikan pencegahan melalui intervensi yang tepat waktu.
Gwee, K. A., & Lu, C. L. (2021). Health screening: a preventive medical intervention with the concept of “predictive, preventive, and personalized medicine”. Journal of Gastroenterology and Hepatology, 36(S1), 5-10.
Program Manajemen Berat Badan:
Program ini bertujuan untuk membantu individu mengelola berat badan mereka secara sehat dan mencegah risiko penyakit terkait obesitas. Program ini biasanya mencakup evaluasi gizi, perencanaan makanan yang seimbang, pengawasan diet, program olahraga yang terarah, serta dukungan psikologis dan edukasi tentang kebiasaan hidup sehat.
Binks, M. (2020). Integrated approach to obesity and weight management: A guide for healthcare providers. CRC Press.
Program Manajemen Stres:
Program ini dirancang untuk membantu individu mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Layanan yang ditawarkan mungkin termasuk terapi kognitif perilaku, meditasi, yoga, latihan pernapasan, dan konseling psikologis. Tujuannya adalah untuk membantu individu mengembangkan strategi pemecahan masalah, meningkatkan koping, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kabat-Zinn, J. (2018). Full catastrophe living: Using the wisdom of your body and mind to face stress, pain, and illness. Bantam.
Program Detoksifikasi dan Rejuvenasi:
Program ini menawarkan metode detoksifikasi tubuh dan pemulihan energi melalui berbagai teknik, seperti terapi nutrisi, suplemen herbal, pengobatan tradisional, dan terapi pemulihan tubuh seperti pijat, sauna, atau akupunktur. Tujuannya adalah untuk membersihkan tubuh dari racun, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan meremajakan tubuh secara keseluruhan.
Frawley, D., & Lad, V. (2020). The Yoga of Herbs: An Ayurvedic Guide to Herbal Medicine. Lotus Press.
Program Kebugaran dan Aktivitas Fisik:
Program ini menggabungkan pelatihan kebugaran, olahraga, dan aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Program ini dapat mencakup latihan kardiovaskular, latihan kekuatan, yoga, pilates, atau program olahraga spesifik lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan, serta mendorong gaya hidup aktif.
Haskell, W. L., & Lee, I. M. (2007). Physical activity and public health: updated recommendation for adults from the American College of Sports Medicine and the American Heart Association. Circulation, 116(9), 1081-1093.
Program Manajemen Penyakit Kronis:
Model layanan ini berfokus pada pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, atau penyakit pernapasan. Program ini mencakup pendidikan tentang manajemen penyakit, pengawasan medis teratur, konseling gizi, dukungan psikososial, dan perubahan gaya hidup yang sehat untuk mengelola dan memperlambat progresi penyakit kronis.
Norris, S. L., et al. (2002). Effectiveness of self-management training in type 2 diabetes: a systematic review of randomized controlled trials. Diabetes Care, 25(7), 1159-1171.
Conn, V. S., et al. (2008). Meta-analysis of interventions to increase physical activity among individuals with type 2 diabetes. Diabetes Care, 31(2), 44-52.
Leal, S., et al. (2011). A systematic review of the benefits of home telecare for frail elderly patients and those with chronic diseases. Journal of Telemedicine and Telecare, 17(4), 302-310.
Dalam konsep medical tourism yang berorientasi pada wellness dan pencegahan penyakit, penting untuk mengintegrasikan pelayanan medis dengan program-program kesehatan yang holistik dan berkelanjutan. Referensi yang disebutkan di atas dapat menjadi sumber informasi yang berguna untuk mempelajari lebih lanjut tentang setiap layanan dan pendekatan yang digunakan dalam medical tourism berorientasi pada wellness dan pencegahan penyakit.
Kaur, H., & Chadee, D. (2019). Understanding medical tourism in the context of destination image formation. Journal of Travel Research, 58(8), 1314-1331.
Turner, L. (2019). Medical tourism in the Caribbean: A new treatment model. In: Medical Tourism: The Ethics, Regulation, and Marketing of Health Mobility. Routledge.
Peng, J., & Nadeau, J. (2018). Medical tourism in Asia: Thailand, Singapore, Malaysia, and India. Asia Pacific
Konsep di atas sejalan dengan prinsip-prinsip dasar kedokteran komprehensif berbasis pendekatan keIslaman yang dapat kita pelajari dari perjalanan sejarah peradaban dalam ranah kesehatan yang berkembang pesat di era keemasan peradaban Muslim, baik semasa di Baghdad maupun di Andalusia. Sejarah kedokteran Islam merujuk pada perkembangan praktik medis, ilmu kedokteran, dan ilmu farmasi di dunia Islam selama periode sejarah Islam dari abad ke-7 hingga abad ke-17. Pada masa itu, dunia Islam melahirkan banyak tokoh penting dalam bidang kedokteran yang membuat kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu medis. Berikut ini adalah beberapa aspek penting dalam sejarah kedokteran Islam.
Pengumpulan dan terjemahan karya Yunani, serta preservasi literasi kedokteran banyak dilakukan oleh para cendekiawan Muslim. Pada awal periode kejayaan Islam, terjadi sebuah gerakan untuk mengumpulkan dan menerjemahkan karya-karya ilmiah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak karya-karya penting dari tokoh-tokoh seperti Hippocrates dan Galen diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, yang membantu menyebarkan pengetahuan medis Yunani ke dunia Islam.
Institusi medis yang disebut Bimaristan atau maristan muncul di dunia Islam. Bimaristan adalah rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam perawatan medis dan mental. Salah satu contoh terkenal adalah Bimaristan Al-Mansur di Baghdad, yang didirikan pada abad ke-9. Bimaristan-bimaristan ini menawarkan pelayanan medis, pendidikan, dan riset. Dan konsep Bimaristan inilah cikal bakal dari konsep rumah sakit modern yang kita kenal saat ini.
Selain konsep rumah sakit, peradaban Islam juga telah menginisiasi lahirnya institusi pendidikan tinggi yang memperkenalkan konsep kurikulum, learning management system dan tahapan serta evaluasi program pendidikan secara sistematik dan terintegrasi. Konsep ini dimulai di Universitas Qarawwiyin di Fez Maroko pada abad ke 10. Konsep dan sistem ini pula yang kelak di kemudian hari menghasilkan berdirinya banyak fakultas kedokteran di berbagai belahan dunia sampai saat ini.
Ibnu Sina atau Avicenna adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah kedokteran Islam. Dia adalah seorang filsuf, ahli kedokteran, dan cendekiawan universal yang hidup pada abad ke-11. Karyanya yang paling terkenal adalah The Canon of Medicine (Al-Qanun fi al-Tibb), sebuah ensiklopedia medis yang sangat berpengaruh. Buku ini memberikan deskripsi rinci tentang berbagai penyakit, diagnosis, dan pengobatan yang berdasarkan pada pengetahuan kedokteran kuno dan penelitian pribadinya.
Ada juga seorang ahli bedah terkemuka, Al-Zahrawi, yang dikenal sebagai Albucasis dalam literatur Barat, pakar dan inventor pada abad ke-10. Dia menulis kitab Al-Tasrif, yang berisi pengetahuan bedah yang komprehensif pada saat itu. Kitab ini meliputi berbagai teknik bedah, instrumen medis, dan penanganan luka. Al-Zahrawi juga membuat kontribusi dalam pengembangan instrumen bedah dan metode sterilisasi.
Lalu ada kiprah dari Al Razi dalam mengembangkan konsep berpikir kritis, sistematis, dan metodologia dalam penelitian dan praktik medis.
Sejalan dengan itu ada pula perkembangan ilmu fisiologi dan anatomi yang menjadi dasar bagi perkembangan semua cabang ilmu kedokteran, dimana salah satu penemuan besar di bidang itu adalah ditemukannya sistem sirkulasi jantung-paru oleh Al Nafis.
Kontribusi dalam ilmu farmakologi, Ilmu farmasi juga berkembang pesat dalam sejarah kedokteran Islam. Al-Biruni, seorang cendekiawan Muslim pada abad ke-11, menulis karya tentang farmakologi yang komprehensif. Dia mengidentifikasi berbagai obat-obatan dan mempelajari efek sampingnya. Pada abad ke-13, Ibn al-Baitar, seorang ahli botani dan apoteker, menulis kitab Kitab al-Jami fi al-Adwiya al-Mufrada yang merupakan ensiklopedia tumbuhan obat.
Berikut beberapa buku yang dapat dijadikan rujukan saat kita mempelajari perkembangan kedokteran di era kecemerlangan peradaban Muslim, yang telah memberi begitu banyak kontribusi bagi perkembangan ilmu kedokteran modern.
Pormann, P. E., & Savage-Smith, E. (2007). Medieval Islamic medicine. Edinburgh University Press.
Buku ini memberikan gambaran umum tentang kedokteran Islam pada periode pertengahan, termasuk perkembangan institusi medis, pengaruh Yunani, kontribusi tokoh terkenal, dan praktik kedokteran pada masa itu.
Elgood, C. (2006). A medical history of Persia and the eastern caliphate: from the earliest times until the year A.D. 1932. Cambridge University Press.
Buku ini memfokuskan pada sejarah kedokteran di Persia dan wilayah kekhalifahan Timur, mencakup periode sebelum, selama, dan setelah kekuasaan Islam, termasuk pengaruh Persia pra-Islam pada praktik medis.
Sezgin, F. (Ed.). (2000). Medicine in the medieval Islamic world. Franz Steiner Verlag.
Buku ini adalah kumpulan esai yang ditulis oleh para ahli tentang berbagai aspek kedokteran Islam, termasuk perkembangan konsep penyakit, farmakologi, keahlian bedah, dan praktik medis lainnya.
Nutton, V. (2005). Ancient medicine (Sciences of Antiquity Series). Routledge.
Meskipun bukan khusus tentang kedokteran Islam, buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang perkembangan kedokteran kuno dan pengaruhnya terhadap kedokteran Islam, termasuk pemikiran Hippocrates, Galen, dan pengetahuan medis Yunani lainnya.
Dols, M. W. (1987). The Black Death in the Middle East. Princeton University Press.
Buku ini memaparkan dampak penyakit pes di dunia Islam, termasuk reaksi masyarakat dan praktik medis yang berkembang untuk menghadapi wabah tersebut.
Konsep Pengembangan di Kawasan Lawu
Model medical tourism apa sajakah yang dapat dikembangkan di daerah pegunungan seperti di kawasan Lawu?
- Model pariwisata kesehatan berorientasi alam dengan mengedepankan nilai-nilai ruhiyah yang maujud dalam bentuk akhlak dan adab pelayanan serta nilai-nilai akidah yang menjiwai setiap proses terapi.
- Model pariwisata kesehatan dengan konsep edukasi dan rihlah terintegrasi. Konsep utamanya adalah Iqra melalui proses tadabbur, tafakur, dan tasyakur. Dengan materi rihlah adalah perjalanan menelusuri berbagai potensi tubuh secara internal dan berbagai model interaksinya dengan alam dan sesama makhluk.
Sementara perjalanan keluar adalah proses mempelajari berbagai fenomena alam dalam konteks Iqra, agar kita dapat merasakan manfaat holistik dari setiap elemen yang telah dikaruniakan untuk membersamai kita dalam kehidupan.
Adapun teknik atau metoda terapi dalam konteks preventif dan kuratif yang dapat dikembangkan antara lain adalah sebagai berikut:
- Forest therapy, dengan dilengkapi alat dan instrumen measurable stress level pre dan post terapi.
- Hydrobath therapy di hotspring/sumber air panas atau air terjun, memerlukan instrumen dan hasil lab berupa fast tracing mineral yang terkandung di air dan dapat pula membuat hilirisasi produk untuk terapi aging, estetik, functional medicine
- Thermal dan mud effect untuk terapi dan pencegahan gangguan movement disorder, pasca stroke, kelainan syaraf, kerusakan jaringan lunak dan ikat dll.
- Biophily effect di kandungan biodiversitas yang terukur seperti berapa kadar phytoncide di tanaman, kandungan elektron di tanah serta fungsi terapinya yang antara lain dapat mengelola berbagai kondisi inflamasi. Termasuk menilai kadar Geosmin di petrichor
-
Restorasi mikrobioma tubuh dengan mengedepankan konsep microbiome therapy, melalui interaksi dengan alam, asupan makanan dan minuman (pre-pro biotik, sinbiotik).
Probiotik sudah sama kita ketahui adalah bakteri atau mikroba komensal/flora normal seperti keluarga Lactobacillus yang mengonstruksi ekosistem mikro dengan banyak fungsi di dalam tubuh kita.
Sedangkan prebiotik adalah komponen nutrisi yang menunjang perkembangan populasi mikroba probiotik. Adapun komponen prebiotik tidak dicerna oleh enzim pencernaan, hingga dapat difermentasi oleh bakteri baik dalam kolon, yaitu Bifidobacterium dan Lactobacillus. Contoh prebiotik adalah inulin, frukto-oligosakarida (FOS), maupun (trans)-galakto-oligosakarida (GOS).
Sementara itu, Sinbiotik dapat diartikan sebagai nutrisi atau zat pangan yang memiliki komponen probiotik dan prebiotik, atau dapat diartikan sebagai kombinasi antara probiotik dan prebiotik. Contohnya: fermentasi oligosakarida pada kolon menghasilkan sejumlah efek fisiologis yaitu meningkatkan populasi bifidobacteria di kolon.
- Pengembangan Jamu Presisi, dimana potensi tanaman obat dapat diintegrasikan dengan pengetahuan genomik dan proses bioinformatik untuk menghasilkan suatu pendekatan terapi berbahan alam yang bersifat holistik.
Demikian sekelumit bahasan ringkas tentang potensi pengembangan konsep medical tourism, khususnya di kawasan Lawu yang indah, cantik, dan memiliki pesona religi yang dapat menyejukkan hati, meneduhkan pikiran, dan menenangkan jiwa hingga kebugaran ragapun dapat terjaga.
Dr Gede Panca
| #
Sangat menarik di implementasikan di Bali dg adanya KEK Kusus Kesehatan Sanur
Reply