Reportase
Pengembangan Business Plan Pemanfaatan Potensi Geothermal untuk Pelayanan Kesehatan di Jawa Tengah
4 September 2024
Pemanfaatan air panas geothermal di Indonesia mulai banyak dikembangkan sebagai destinasi wisata pada beberapa resor dan hotel, namun belum ada pengembangan layanan geothermal sebagai kolaborasi dari pelayanan medis. Air panas geothermal mempunyai manfaat kesehatan, diantaranya membantu detoksifikasi tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, meredakan nyeri otot dan sendi, serta memberikan efek menenangkan pikiran. Selain itu, pemanfaatan air panas geothermal juga dikenal sebagai energi alami pengganti fosil yang ramah lingkungan. Dengan adanya pemanfaatan geothermal pada pelayanan kesehatan, diharapkan hal tersebut menjadi sebuah peluang untuk pengembangan layanan kesehatan preventif yang terintegrasi antara sektor kesehatan dan sektor wisata.
Kegiatan diskusi online dibuka oleh Prof. Laksono Trisnantoro yang menyampaikan tujuan diskusi online pengembangan business plan pemanfaatan potensi geothermal untuk pelayanan kesehatan di Jawa Tengah. Beliau menyampaikan bahwa geothermal medicine di Indonesia harus dikembangkan seperti yang telah dikembangkan di luar negeri karena sejauh ini pemanfaatan geothermal hanya untuk pemandian air panas namun tidak dimanfaatkan untuk pelayanan medis. Pemanfaatan geothermal tersebut merupakan sebuah peluang bagi pengembangan pelayanan kesehatan dengan kerja sama lintas sektor antara Dinas Kesehatan, sektor wisata, dan sektor lainnya yang terkait.
Paparan pertama disampaikan oleh dr. Andry Dahlan terkait implementasi dari pemanfaatan geothermal di Indonesia. Karena letak Indonesia sebagai ring of fire, khususnya di Jawa Tengah, memungkinkan untuk mengembangkan geothermal dalam pelayanan kesehatan. Upaya yang telah dilakukan saat ini oleh Global Health Tourism Assistance (GHTA) mengenai tourism concept diantaranya pembuatan feasibility study dan masterplan di Bangka, serta pendampingan program pelayanan kesehatan holistik center of excellence health tourism RS Charlie Kendal menggunakan design thinking.
Konsep geothermal didefinisikan sebagai sumber energi yang berasal dari panas bumi, dimana sistem panas bumi berasal dari proses lempeng testosfer yang bersifat tertutup dan berkelanjutan. Panas yang dialirkan dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk kesehatan, namun belum ada regulasi terkait pemanfaatan geothermal di bidang kesehatan tersebut. Dari data buku pintar geothermal, Dieng memiliki potensi tertinggi, namun belum ada pemanfaatan geothermal dalam bidang kesehatan. Saat ini, sudah dilakukan pengujian kandungan mineral dalam air panas geothermal. Selain itu, juga sudah dilakukan pengujian untuk air panas geothermal terkait himbauan terhadap pasien yang termasuk eksklusi untuk mendapatkan pelayanan air panas geothermal.
Untuk melakukan pengembangan medical wellness diperlukan sebuah design thinking. Contoh design thinking untuk pengembangan pelayanan medical wellness meliputi kolaborasi dengan komunitas geriatri dengan melaksanakan kegiatan outdoor sebagai peningkatan fungsi motorik, cognitive skills untuk pasien dengan penurunan daya ingat. Pasca kegiatan dilakukan feedback melalui kuesioner. Design thinking tersebut didukung dengan assessment atau uji prototype selama 3 bulan terlebih dahulu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan wellbeing dan physical fitness. Harapannya, geothermal tidak hanya dimanfaatkan sebagai air panas saja namun juga dimanfaatkan dalam konsep wellbeing dan physical fitness.
Ibu Yunita Dyah Suminar, SKM. MSc., MSi kemudian memaparkan terkait pengembangan layanan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, Klinik atau RS berupa pelayanan promotif preventif yang memanfaatkan integrasi dengan budaya dan medical tourism. Di Jawa Tengah, sudah terdapat layanan kesehatan tradisional dan komplementer dengan memanfaatkan potensi yang ada. Konsep health tourism ini merupakan sebuah peluang bagi RS yang mempunyai kemampuan finansial untuk berinvestasi pada pengembangan layanan dengan memanfaatkan integrasi antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan tempat wisata. Selain itu, pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan terhadap anggaran daerah dan mempunyai potensi untuk pengembangan wisata daerah dapat juga melakukan integrasi antara wisata yang ada di daerah dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di daerah tersebut.
Paparan terakhir disampaikan oleh Ibu Elisabeth Listyani, SE, MM. terkait perencanaan bisnis potensi pemanfaatan geothermal di Jawa Tengah. Produk geothermal yang dapat dikembangkan yaitu fungsi estetika, kesehatan mental, dan dampak positif lainnya dalam kesehatan. Contoh pemanfaatan geothermal yang telah dikembangkan di luar negeri berupa paket layanan yang terdiri dari mandi thermal, sauna, pijat, spa, dan kecantikan. Perjalanan kesehatan yang harus dijalani yaitu terdapat 3 tahap meliputi pra kedatangan, saat kedatangan berupa konsultasi medis dan rangkaian kegiatan wellness, serta pasca kedatangan meliputi pengisian kuesioner kepuasan, dan monitoring kondisi kesehatan sehingga bisa diberikan rekomendasi yang bisa diikuti selanjutnya oleh klien.
Model bisnis yang dibuat yaitu alternatif pertama, klien berupa tamu hotel menggunakan layanan rumah sakit sesuai kebutuhan atau alternatif kedua, klien masuk dari RS, kemudian menggunakan layanan resor sesuai kebutuhan. Pengembangan layanan medical wellness tersebut dapat dilakukan dengan dua model kerja sama, yaitu model pertama adalah rumah sakit atau klinik yang memiliki resor di daerah geothermal dapat mengajukan perizinan dengan izin klinik utama atau pratama dan ijin hotel. Sementara, model kedua adalah rumah sakit atau klinik dapat bekerjasama dengan resor di daerah geothermal dengan ijin klinik utama atau pratama di dalam resor yang sudah ada. Pengembangan paket medical wellness tersebut diharapkan harus riil meningkatkan okupansi weekdays bagi resor, hotel, dan tempat wisata agar tidak terjadi penumpukan okupansi layanan saat weekend.
Sebagai penutup, kebutuhan pengembangan layanan medical wellness di daerah geothermal tersebut harus didukung dengan tenaga kesehatan yang kompeten, dukungan pemerintah daerah setempat, serta stakeholders terkait. (Bestian Ovilia Andini)