Tren Luxury Travel Setelah Pandemi, Prioritas Work-Life Balance dan Wellness
Hari ketiga Kompas Travel Fair 2024, Minggu (22/9/2024), panggung utama menghadirkan pembicaraan seru seputar luxury travel. Dipandu jurnalis Kompas Riana Ibrahim, dua narasumber yang hadir reviewer luxury travel Tantra Tobing (@tantratobing) dan Ading Attamimi (@adingattamimi).
Dalam paparannya, Tantra dan Ading menyoroti, pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pariwisata. Saat ini orang-orang lebih memprioritaskan keseimbangan hidup, kesehatan mental, dan pengalaman yang memperkaya jiwa saat berlibur.
Perjalanan mewah kini tidak lagi sekadar soal kemewahan material, tetapi juga fokus pada aspek kesehatan, wellness, dan kualitas waktu bersama keluarga. Destinasi seperti Bali, yang populer di kalangan wisatawan domestik, menawarkan paket wellness di mana tamu bisa menikmati liburan tanpa harus meninggalkan hotel. “Banyak hotel menawarkan aktivitas yang lengkap di dalam, termasuk wellness retreat untuk mengurangi stres,” ujar Tantra.
Selain itu, pemilihan maskapai dan akomodasi menjadi faktor penting dalam menciptakan pengalaman perjalanan mewah yang optimal. Ading menyarankan untuk memilih penerbangan dengan waktu transit yang singkat serta mempersiapkan diri sebelum perjalanan panjang agar tetap fit dan segar saat tiba di destinasi.
Kesehatan fisik juga menjadi perhatian dalam luxury travel, terutama bagi yang tidak terbiasa dengan berjalan kaki di destinasi seperti Eropa, yang mengharuskan wisatawan untuk sering berjalan. “Melatih diri berjalan kaki sebelum perjalanan bisa sangat membantu agar liburan lebih nyaman,” ungkap Ading.
Seiring dengan berkembangnya tren ini, Bali dan destinasi lain di Indonesia mulai menawarkan lebih banyak paket wisata yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan relaksasi dan healing bagi wisatawan domestik yang mencari ketenangan dan kesehatan mental. “Pilihan destinasi juga dipengaruhi oleh keterbatasan waktu, budget, dan kesempatan, terutama bagi mereka yang memiliki komitmen keluarga atau pekerjaan,” ujar Tantra.
Definisi mewah
Dalam pandangan Tantra, dewasa ini definisi “mewah” mengalami pergeseran, tidak melulu harus di tempat megah dengan fasilitas wah. Bisa juga penginapan mewah yang lebih sederhana, tetapi tetap berkesan dengan konsep menyatu dengan alam. “Definisi luxury sekarang bukan hanya tentang kemewahan fisik, tapi juga tentang pengalaman sederhana yang dekat dengan alam,” papar Tantra.
Ia menjelaskan, ada hotel di Bali yang menawarkan kemewahan tanpa tembok dan tanpa AC, tetapi tetap memberikan pengalaman unik dan mewah. Resort mewah ini menggabungkan kemewahan dengan kesederhanaan, di mana pengalaman yang dijual adalah kedekatan dengan alam.
Ia juga menceritakan pengalaman tentang penginapan di pulau terpencil tanpa sinyal Wi-Fi menawarkan ketenangan dan keterasingan dari dunia modern, meskipun harganya mahal. “Luxury sekarang lebih ke arah pengalaman, bukan hanya fasilitas. Bahkan di tengah hutan tanpa fasilitas modern, kualitas dan kenyamanan tetap terjaga,” ujarnya.
Senada dengan Tantra, menurut Ading definisi luxury berbeda bagi setiap orang. “Bagi sebagian orang, luxury adalah pengalaman yang tidak bisa dinikmati banyak orang. Travel sekarang tidak lagi harus tentang kemewahan fisik, tetapi bisa berupa destinasi unik yang menantang dan jarang dijamah. Generasi muda sekarang lebih tertarik mengeksplorasi destinasi yang tidak biasa, yang menawarkan pengalaman unik dan berbeda,” papar Ading.
Selain traveling, Ading juga meminati fotografi. “Dalam fotografi, mencari momen lebih penting daripada sekadar mengambil foto. Kadang kita harus menunggu pagi hari atau malam untuk mendapatkan momen terbaik,” ujar Ading terkait traveler yang hobi fotografi.
Bagi Ading, jika ingin berburu foto saat traveling ia berbagi tips. “Perjalanan untuk fotografi memerlukan teman yang sevisi, karena untuk menangkap momen spesial, tidak bisa dilakukan sembarangan tanpa riset dan persiapan.”
Sumber: travel.kompas.id