Reportase
Webinar Tindakan Hidroterapi dan Strategi Pengembangannya
Kerja sama RS Kariadi dengan PERDOSRI Jateng DIY dan PKMK FK-KMK UGM
Kamis, 19 September 2024
Hidroterapi merupakan sebuah program terapi di dalam air yang dapat memanfaatkan sumber air panas geothermal (balneotherapy) dan air dingin (pool therapy). Hidroterapi tersebut memanfaatkan air dalam berbagai bentuk dan suhu untuk digunakan sebagai terapi guna mengurangi gejala nyeri, kekakuan, memar, dan pembengkakan. Dengan berbagai manfaat tersebut, pengembangan layanan hidroterapi merupakan suatu peluang bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengembangkan layanan medical wellness dengan memanfaatkan kerja sama dengan sektor pariwisata.
Webinar dimulai dengan pengantar yang disampaikan oleh dr. Agus Akhmadi, M.Kes. bahwa hidroterapi merupakan terapi dengan memanfaatkan sifat teraputik air untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengatasi berbagai kondisi kesehatan, seperti stres, masalah kesehatan mental, serta bermanfaat dalam peningtakan kesehatan holistik dan kebugaran. Dengan webinar ini diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit mendapatkan gambaran hidroterapi sebagai peluang pengembangan pelayanan di dunia bisnis kesehatan.
Sesi paparan pertama oleh dr. Rudy Handoyo, Sp.K.F.R, MS (K), FEMG terkait pengenalan hidroterapi dan manfaatnya dalam pemulihan fungsional tubuh. Hidroterapi sebagai suatu bentuk rehabilitasi medik yang menggunakan air/zat cair yang bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri, efek relaksasi, serta mengurangi kekakuan sendi. Air dapat memberikan tekanan hidrostatik pada tubuh yang terendam zat cair, dimana tekanan tersebut terjadi lebih banyak pada ekstremitas bagian distal dibandingkan dengan bagian proksimal/kranial. Selain itu, tekanan hidrostatik pada anggota tubuh juga dapat memfasilitasi fungsi kardiovaskuler karena peningkatan venous return dan membantu menjaga sendi yang tidak stabil atau otot yang lemah. Selain kardiovaskular, tekanan hidrostatik juga dapat memberikan efek respiratori meliputi penurunan kapasitas vital, peningkatan kerja pernapasan, serta penurunan asma terpicu latihan. Tekanan hidrostatik juga dapat memberikan efek psikologis yang menyegarkan bagi tubuh dan efek renal yaitu peningkatan ekskresi sodium dan potasium.
Sebagai sebuah terapi, hidroterapi tentu memiliki indikasi dan kontraindikasi. Keadaan yang dapat diberikan hidroterapi meliputi cedera muskuloskeletal, perbaikan postur tubuh, rematik, gangguan neuromuskuler, kelainan ortopedi, pasca operasi serta cerebral palsy pada anak. Sedangkan kontraindikasi pemberian hidroterapi meliputi kondisi medik individu yang belum stabil (stroke akut, gagal jantung, gagal ginjal), kehamilan risiko tinggi, kasus fiksasi eksternal, trakheostomi, penyakit infeksi, riwayat hipertensi, hipotensi, penyakit jantung atau paru, riwayat pembuluh darah tepi, epilepsi, skin graft yang belum sembuh sempurna, serta inkontinesia.
Dalam pengembangan layanan hidroterapi, RS Kariadi menggunakan pool therapy di kolam renang dalam ruang tertutup dengan suhu dan ketinggian tertentu agar pasien merasa hangat dan nyaman, pengaturan kedalaman kolam diatur sesuai dengan kehendak terapis dengan sistem hidrolik, serta dilengkapi dengan filter air untuk sirkulasi air agar tetap bersih dan juga hemat. Selain itu, pasien juga dapat melakukan kegiatan berupa latihan jalan di kolam karena terdapat paralel bar yang dapat dipindahkan sesuai tempat yang dikehendaki.
Paparan materi kedua dengan topik persiapan dan prasyarat tindakan hidroterapi disampaikan oleh dr. Sri Wahyudati, Sp. K.F.R., K.R. (K), AIFO-K. Efek hidroterapi berdasarkan aspek suhu meliputi relaksasi otot, mengurangi nyeri, meningkatkan mobilitas sendi, serta meningkatkan sirkulasi darah. Namun dalam suhu panas juga memberikan efek negatif berupa stres kardiovaskular, termal shock, iritasi kulit, dan menpengaruhi sistem pernafasan karena menghirup uap klorin. Dalam suhu dingin, hidroterapi memberikan efek positif berupa mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, namun juga dapat memberikan efek negatif meliputi stres kardiovaskular, termal shock, dan hipotermia.
Perendaman dalam air selama 4-5x seminggu selama 8 minggu dapat memperbaiki sistem kardiovaskuler, kemudian perendaman air hangat suhu 42°C selama 60 menit dapat meningkatkan oxyhemoglobin di kiri dan kanan pre-frontal cortex. Efek kedalaman air dangkal dapat meningkatkan densitas tulang dan kekuatan massa otot, serta melatih keseimbangan dan stabilitas, namun efek negatifnya yaitu dapat meningkatkan risiko jatuh karena gelombang air dan kurangnya joint support di air dangkal. Efek kedalaman air dalam dapat mengurangi beban sendi, melatih otot dan kardiovaskuler, serta otot perut. Peningkatan hidrostatik memberikan efek negatif yaitu terdapat ketidaknyamanan berupa peningkatan tekanan sehingga menyebabkan kesulitan bernafas pada asma dan PPOK, serta kehilangan panas lebih banyak sehingga bisa menyebabkan hipotermia.
Efek kedalaman air dalam hidroterapi sampai batas leher dapat menurunkan cadangan respirasi dan kapasitas vital, namun meningkatkan aliran darah otot. Efek positif durasi latihan yang paling efektif yaitu 30-60 menit. Tidak sesuainya durasi latihan dapat menyebabkan kerusakan kulit, overused sehingga kelelahan otot, stres kardiovaskuler, hipotermia, dan permasalahan pernafasan seperti eksaserbasi akut untuk penderita asma. Persiapan prosedur hidroterapi yaitu pertama dilakukan penjelasan tentang hidroterapi, kemudian pasien menandatangani informed consent, dan dilakukan pemeriksaan fisik seperti tanda vital, paru, jantung, kekuatan otot, mobilitas dan keseimbangan, serta kesehatan mental dan emosi. Prasyarat lain yaitu pasien tidak memiliki luka terbuka, serta memiliki koordinasi dan keseimbangan baik.
Suhu dan kedalaman air yang dianjurkan untuk hidroterapi yaitu berkisar antara 28-30°C yang memungkinkan tubuh bereaksi secara normal, serta kedalaman air antara pertengahan tulang rusuk hingga pertengahan dada. Hal yang perlu diperhatikan yaitu kehamilan trimester 1, penyakit multiple sclerosis, disorientasi, kondisi kekuatan, keseimbangan, gangguan sensorik, dan adanya luka atau infeksi. Manajemen risiko dilakukan terhadap kejadian cedera karena terpeleset, tenggelam, infeksi, serta kegawatan kardiovaskular. Tindakan hidroterapi harus dengan skrining pasien di awal, latihan sesuai peresepan dokter untuk memberikan efek yang positif, monitoring selama dan setelah sesi latihan serta evaluasi program.
Materi berikutnya oleh dr. Endang Erwinanti, Sp. K.F.R., AIFO-K yang membahas tentang teknik balneotherapy dan pool therapy dalam medical wellness. Wellness merupakan suatu proses yang panjang untuk mencapai kehidupan lebih baik yang harapannya dapat diterapkan sebagai gaya hidup individu. Wellness tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan meliputi sauna, balneotherapy, dan pool therapy. Sauna dengan memanfaatkan rempah berfungsi sebagai relaksasi, melancarkan peredaran darah dan mengurangi ketegangan otot.
Balneotherapy merupakan kegiatan berendam di kolam terbuka atau tertutup dengan suhu 31 – 38oC (dari sumber air panas geothermal yang mengandung mineral) dengan waktu 20-30 menit atau sesuai toleransi masing-masing yang bermanfaat untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi stress dan menenangkan, mengurangi nyeri sehingga harapannya pasien dapat mengurangi atau menghentikan obat anti nyeri, melenturkan sendi, serta menyembuhkan penyakit kulit. Seseorang lebih cepat melepas panas dengan berendam di kolam air panas daripada di luar kolam pada temperatur yang sama. Penambahan panas akan terasa di badan ketika melakukan latihan dalam air.
Pool therapy yaitu kegiatan berendam dengan menggunakan suhu yang beragam, yaitu air hangat untuk latihan intensitas ringan dan memberikan efek menenangkan, serta air dingin yang digunakan untuk latihan dengan intensitas ringan-sedang dan memberikan efek menyegarkan. Latihan dalam air (aquatic exercise) tersebut bermanfaat untuk mengurangi nyeri, menambah lingkup gerak sendi, menguatkan otot, memperbaiki sirkulasi darah, meningkatkan kebugaran, serta fungsi rekreasi yang dapat memicu hormon endorphin.
Salah satu penyakit yang paling sering dilakukan hidroterapi yaitu osteoartritis dengan prevalensi lebih dari 80% dari populasi orang yang berusia 55 tahun. Sendi yang terkena diantaranya sendi lutut, sendi panggul, lumbal dan servikal (leher). Penanganan osteoartritis lutut meliputi pemberian obat, latihan darat dan air (aquatic exercise), serta operasi pada osteoartritis berat (derajat 4). Aquatic exercise yang dilakukan pada osteoartritis lutut berupa latihan 30-60 menit,meliputi pemanasan 5 menit, latihan inti 20 menit, dan pendinginan 5 menit, dengan intensitas ringan – sedang.
Selanjutnya, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. memberikan pembahasan terkait prospek pengembangan layanan hidroterapi dan hidrowellness untuk medical wellness. Hidroterapi dan hidrowellness sebagai suatu inovasi pengembangan layanan wellness tidak semuanya dilakukan di RS, karena tidak semua RS mempunyai kolam. Hal ini selaras dengan potensi ekonomi rakyat yang besar, dimana masyarakat akan memperoleh fungsi terapi, rehabilitasi, serta rekreasi. Kebutuhan hidroterapi dan hidrowellness mempunyai spektrum yang luas, meliputi tingkat keparahan penyakit hingga segmentasi pasar yang akan dituju. Dana pengguna yang dikeluarkan lebih banyak berasal dari sumber dana non BPJS, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kebutuhan (demand). Masyarakat kalangan menengah atas dapat menggunakan layanan tersebut dengan biaya sendiri atau dari dana perusahaan, namun masyarakat dengan ekonomi lemah mungkin dapat difasilitasi dengan memanfaatkan bantuan dana dari Pemda atau filantropi. Harapannya dengan ada pembukaan layanan tersebut maka juga akan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat dengan adanya pengembangan wisata oleh masyarakat di kawasan tersebut.
Supply mempunyai komponen meliputi tempat hidroterapi, tingkat tarif yang digunakan, serta SDM. SDM yang dimanfaatkan untuk layanan hidroterapi meliputi SDM yang mempunyai kompetensi hidroterapi dan hidrowellness. Tempat layanan hidroterapi harapannya dapat menggunakan lingkungan yang mendukung kenyamanan dari pengguna serta memanfaatkan pembukaan layanan di waktu weekdays untuk meningkatkan okupansi resor di hari tersebut karena masyarakat cenderung mengunjungi resor saat weekend daripada weekdays.
Organisasi penyelenggara layanan hidroterapi dan hidrowellness meliputi organisasi pelayanan kesehatan, non kesehatan (umbul, kolam renang umum, hotel/resor), atau kerja sama keduanya. Pengembangan layanan hidroterapi dan hidrowellness dapat diperdalam dengan workshop klinis serta dapat pula dilakukan dengan penyusunan business plan yang memperhatikan siapa pengguna, pasar yang dituju, dimana dan kapan produk akan dijual, bagaimana cara menjualnya, serta bagaimana produk tersebut dipasarkan yang akan dilakukan November mendatang. Harapannya, potensi pengembangan layanan tersebut di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dipaketkan dengan sektor wisata lainnya seperti hotel, resor, atau kuliner.
Reporter : Bestian Ovilia Andini
Dasno, S.Ft
| #
Brosur dan undangan workshop bulan november dan cara daftar
Reply