Reportase
Diskusi Hybrid
“Situasi Industri Medical Wellness dan Kebijakan Pendidikan untuk Tenaga Medical Wellness”
25 Juli 2023
Medical wellness di Indonesia sudah mulai terwujud dengan akan dimulainya peluncuran medical wellness di Bali pada Agustus mendatang. Bagaimana dengan kebijakan untuk SDMnya? Diskusi hibrid kali ini membahas mengenai Situasi Industri Medical Wellness dan Kebijakan Pendidikan untuk Tenaga Medical Wellness. Sebagai pengantar diawali oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M. Sc., Ph. D yang memberi gambaran bahwa medical wellness memiliki pangsa pasar yang besar sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan preventif, promotif, dan rehabilitatif. Medical wellness ini merupakan pelayanan medik berbasis ilmu konvensional. Siapakah SDMnya? Dokter, terapis, tenaga kesehatan lain, dan praktisi wellness bersertifikat dengan kompetensi resmi. Bagaimana regulasi tenaga kesehatan dan siapa pengampu ilmunya ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dr. Andreanyta Meliala, Ph.D., AIFM memaparkan tentang pendidikan ahli kebugaran medis: Suatu Rencana Strategis. Wellness merupakan sebuah kesempatan karena adanya kearifan lokal yang menjadi salah satu kunci penting dalam membentuk perilaku seorang ahli kebugaran medis. Dalam hal ini adalah menyambut peluang dan kebijakan penyediaan fasilitas pendidikan keahlian medical wellness sebagai keahlian bersertifikasi. Kursus tersertifikasi tersebut meliputi knowledge, attitude, competency test, skill, dan workshop/conference/trainingship. Target peserta yang diharapkan yaitu dokter umum, S1 – Health Related Education, D3/D4 – Health Related Education, S1 Gizi Komunitas, Gizi Klinik, Keperawatan, Fisioterapi, Psikologi Klinik, dan lain-lain.
Ada tiga hal pokok yang diperlukan untuk melaksanakan program ini dan ketiganya saling mendukung yaitu provider; policy maker, vendor; dan market. Ketiganya perlu segera disambungkan menjadi satu citra yang jelas dan tegas. Jelas secara definisi, tujuan, manfaat, serta tegas secara aturan yang menjadi landasan sebagai strategi. Kompetensi yang dibutuhkan untuk hal ini adalah 40% knowledge, 40% skill, dan 20% attitude. Medical wellness membutuhkan sumber daya yang baik termasuk SDM, pengetahuan, ketrampilan, dan lingkungan pendukung. Saat ini kebijakan yang mendukung sudah tersedia. Ke depannya perlu kerja sama yang efektif dan efisien untuk mewujudnyatakan program dan sertifikasi ahli medical wellness.
Selanjutnya Kompetensi Medical Wellness untuk Dokter dipaparkan oleh Prof. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Sp. KKLP, Ph. D yang membahas beberapa knowledge yang dibutuhkan untuk kompetensi tersebut. Perlu memahami pengertian wellness medicine dan medical wellness. Wellness medicine menekankan integrasi prinsip dan praktik kesehatan ke dalam bidang kedokteran, berfokus pada perawatan pencegahan, intervensi gaya hidup, dan mempromosikan kesejahteraan secara keseluruhan serta mengakui bahwa pengobatan seharusnya tidak hanya difokuskan pada pengobatan penyakit tetapi juga pada peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. Medical wellness mengacu pada penerapan pengetahuan dan keahlian medis dalam konteks kesehatan serta menyoroti peran profesional medis dalam memberikan bimbingan, pendidikan, dan intervensi medis untuk mendukung individu dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan yang optimal.
Dalam wellness medicine terdapat 4 body on knowledge, yaitu introduction to wellness, wellness approach by organ systems or disorders, wellness in specific populations and conditions, wellness program or intervention. Body of knowledge tersebut hampir sama dengan kurikulum travel medicine untuk dokter.
Kemudian menyambung pada Sinergitas Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Pariwisata dipaparkan oleh Dr. Hanung Prasetya,S.Kp., S.Psi., M.Si yang menyoroti bahwa wellness merupakan sebuah gaya hidup dan merupakan konsep dinamis seumur hidup. Tujuan wellness tourism adalah pengalaman wisata untuk tujuan kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual. Wisatawan wellness (kebugaran) lebih banyak mengeluarkan biaya dibanding wisatawan umum dan ini yang menjadi peluang untuk mengembangkan layanan tersebut karena menjual experiences.
Pasar yang berbeda tersebut membutuhkan SDM kesehatan yang kompeten serta berkomitmen. Dalam hal ini perlu sinergi antar pihak yang berkepentingan, perlu sertifikasi SDMK, serta jenjang pendidikan minimal D3 yang diwadahi dalam kurikulum ataupun kursus.
Ketersediaan SDMK tersebut disampaikan oleh Dr. I Wayan Juniarsana, SST, M.Fis dalam topik Peran Poltekkes dalam Pengembangan Medical Wellness. Cakupan layanan medical wellness membutuhkan SDMK yang profesional meliputi tenaga medis dokter dan tenaga kesehatan lain sehingga hal ini membutuhkan peran Poltekkes untuk bersinergi menyediakan SDMK tersebut. Salah satu Poltekkes di Bali yaitu Poltekkes Denpasar menyediakan berbagai jurusan seperti keperawatan, gizi, kebidanan, kesehatan gigi, teknologi laboratorium medis, dan kesehatan lingkungan. Masing-masing jurusan tersebut menghasilkan SDMK dengan berbagai kompetensi.
Peran SDM Poltekkes dalam medical wellness terwujud pada Klinik Pratama Polkesden yang menyediakan layanan kedokteran dasar, komplementer, kesehatan gigi, konseling gizi, dan pojok gizi yang akan dibuka pada Desember 2023. Selain itu Poltekkes Denpasar bekerjasama dengan Mandapa Ubud mengembangkan program detox yang didukung oleh tenaga gizi, demikian pula dengan beberapa klinik gigi terkenal di Bali. Dengan demikian SDM profesional Poltekkes beserta dokter dan tenaga kesehatan lain merupakan modalitas untuk pengembangan medical wellness.
Sebagai penutup, bagaimana SDMK dapat mendukung medical wellness adalah dengan bersaing secara internasional, mempunyai kompetensi dengan body of knowledge, dan tersertifikasi. Diskusi ini tidak berhenti disini, namun masih akan ada diskusi-diskusi lanjutan yang memerlukan kerja sama antar pihak dalam pendidikan dan pelatihan. (Elisabeth Listyani)